Liputan6.com, London - Mata uang Inggris pound sterling dan euro jatuh ke level terendah sejak 2013 terhadap yen. Pelemahan mata uang tersebut lantaran kekhawatiran pelaku pasar terhadap referendum pada bulan ini yang dapat mendorong Inggris keluar dari zona Eropa.
Bila Inggris keluar dari Uni Eropa dinilai dapat menganggu politik Eropa dan ekonomi. Mengutip Reuters, Senin (13/6/2016) pound sterling berada di posisi 151.50 terhadap Yen. Level itu terendah sejak Agustus 2013. Sementara itu, euro jatuh ke level terendah di 119,87 terhadap yen. Saat ini mata uang Jepang yen menjadi alternatif investasi yang aman.
CEO Llyod's London Inga Beale menuturkan, referendum Inggris bila keluar dari Uni Eropa atau disebut Brexit akan berisiko, dan menjadi salah satu risiko terbesar dalam ekonomi global.
Baca Juga
Ia menuturkan, berdasarkan indeks Llyod's City Risk yang menganalisa dampak risiko ekonomi terhadap kota utama di dunia menempatkan Brexit menjadi peringkat teratas untuk risiko ekonomi global.
Referendum Inggris ini sendiri akan dilakukan pada 23 Juni. Berdasarkan sejumlah polling media salah satunya the Independent menyebutkan kalau 55 persen responden percaya Inggris akan meninggalkan Uni Eropa. Sisanya 45 persen memilih Inggris untuk tetap bertahan di Uni Eropa.
Bila melihat dari perspektif perusahaan, dia menuturkan tetap berada di Inggris. Lantaran Llyod juga mengoperasikan salah satu pasar asuransi tertua di dunia.
"Karena kami adalah bagian dari pasar Eropa. Kami sudah benar-benar punya akses ke salah satu pasar asuransi terbesar di dunia dengan 27 negara bersama-sama, menjadi salah satu pasar asuransi terbesar di dunia," tutur dia.
"Dengan sejumlah hak, maka ada kemampuan untuk berdagang di semua negara-negara lain di Eropa. Ini memberi keuntungan sangat besar," tambah dia. (Ahm/Ndw)