Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli berambisi menggeser jalur laut perdagangan internasional dari Selat Malaka ke Selat Lombok karena berbagai alasan. Untuk memuluskan rencana ini, Rizal tengah melobi 3 negara yang menguasai sistem perkapalan dunia sehingga Indonesia akan mendulang keuntungan besar, bukan negara lain.
Rizal menjelaskan, selama ini mayoritas kapal-kapal perdagangan dari seluruh penjuru dunia melewati Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 1, yakni Selat Malaka. Padahal kondisi laut di selat ini dangkal, di beberapa lokasi sangat sempit, dan arus lalu lintas kapal semakin padat.
“Kami melihat perkembangan 10-20 tahun yang akan datang, Selat Malaka sudah tidak memadai lagi, karena dapat menimbulkan risiko tabrakan, tumpangan minyak, dan terhadap dampaknya lingkungan sangat besar. Jadi tidak akan bagus lagi Selat Malaka untuk dilewati sebagai jalur perdagangan internasional,” jelasnya di Gedung DPR,Jakarta, Senin (13/6/2016).
Advertisement
Baca Juga
Lebih jauh dikatakan Rizal, pemerintah Indonesia berupaya mendorong perpindahan jalur laut perdagangan internasional dari ALKI 1 ke ALKI 2, yaitu melewati Selat Lombok, Selat Makassar, Bitung ke Filipina kemudian ke China, Jepang, Korea, dan lainnya. Kondisi tersebut, sambungnya, Selat Lombok jauh lebih memadai dibanding Selat Malaka dengan perairan lebih dalam, trafik lalu lintas kapal rendah, sehingga aman sebagai jalur perdagangan internasional.
“Sekarang sudah banyak kapal-kapal besar, kapal tanker besar yang melewati ALKI 2, Selat Lombok karena lebih cepat dan aman. Paling penting adalah manfaat ekonominya sangat besar untuk Indonesia Timur,” ucap dia.
Saat ini, Rizal mengaku, pihaknya sedang melobi 3 negara pemain utama yang menguasai perkapalan dunia, seperti Yunani yang menguasai 30 persen, Denmark dan Norwegia. Apabila disepakati, tambahnya, Indonesia akan mendapatkan manfaat besar dari pergeseran jalur perdagangan internasional ini dengan menggeliatnya investasi kemaritiman di wilayah Timur Indonesia.
“Dengan jalur perdagangan bergeser ke ALKI 2, maka ekonomi Indonesia Timur akan sangat diuntungkan. Banyak fasilitas maintenance kapal, servis, suplai, dan lainnya di Lombok, Sulawesi Selatan, dan Bitung akan menarik manfaat lebih besar. Karena selama ini Selat Malaka yang menarik manfaat besar hanya Singapura,” tandas Rizal.