Sukses

KEIN Ingin Ada Pemain Baru di Industri Gula RI

Industri gula di Indonesia masih menyimpan potensi besar.

Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menginginkan industri gula nasional diisi pemain baru. Hal itu untuk menggairahkan industri dalam negeri dan menjadikan Indonesia masuk sebagai 10 negara besar di 2045.

Anggota KEIN, Benny Pasaribu mengatakan, industri gula di Indonesia masih menyimpan potensi besar. Kalaupun negara ini harus membangun 15 pabrik besar, di mana satu pabrik berkapasitas 10 ribu TCD hingga 20 ribu TCD, dengan kebutuhan lahan hingga 300 ribu hektare, hal itu masih mungkin dilakukan.

"Industri awalnya harus diperbanyak sehingga pemain baru muncul dan harus diprogram dengan benar. Sehingga 2045 nanti di era pasar bebas kita bisa jadi 10 pemain terbesar dan sudah bukan 20 besar lagi," ujar Benny di Jakarta, Senin (13/6/2016).

Adapun perusahaan baru yang akan muncul di industri gula tersebut bisa berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pihak swasta atau koperasi.


"Tinggal masalahnya nanti soal pembiayaan. Kami harap pembiayaan siap mendukung industri ini. Kalau menguntungkan pasti mau," dia menegaskan.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta KEIN untuk memasukkan langkah efisiensi industri gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN‎) yang saat ini masih tertinggal dibandingkan swasta.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto‎ mengungkapkan, tidak efisiennya pabrik-pabrik gula (PG) milik BUMN karena jumlahnya terlalu banyak dan mesin-mesin yang digunakan sudah sangat berumur.

"PG BUMN ini tidak efisien. Kita coba bantu anggaran tapi hanya ngilik-ngilik saja. Jadi yang kita butuhkan itu ada revitalisasi sesungguhnya di industri gula BUMN, agar mampu bersaing dengan swasta," kata Panggah.

anggah mengungkapkan, dari hasil data yang diperoleh, saat ini ada 50 PG milik BUMN yang tersebar di wilayah Indonesia. Demi efisiensi, KEIN diminta untuk mengurangi jumlah PG yang masuk dalam roadmap industrialisasi nasional di bidang pangan.

Dari hasil kajian, pengurangan jumlah PG akan membuat efisien dan memangkas ketertinggalan pabrik gula BUMN dari swasta. Idealnya PG dikurangi hingga tersisa 20 saja. "Ini masih bisa diperas lagi, disederhanakan menjadi 10 PG, ini jauh lebih efisien," tegas dia.(Ekarina/Nrm)