Liputan6.com, Jakarta - Ibu kota Indonesia, Jakarta, masuk dalam 10 besar kota dengan jam kerja terburuk di dunia. Dalam survei business to business (B2B) online expert, Jakarta memiliki jam kerja 40,4 jam per minggu.
Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan, jam kerja tersebut memang diatur dalam undang-undang. Tidak hanya itu, jam kerja tersebut juga mengacu ketentuan Internasional Labour Organization (ILO).
Namun begitu, dia mengatakan untuk mengukur jam kerja sebaiknya perlu dibandingkan dengan produktivitas. Dia mencontohkan, produktivitas bisa ditunjukkan dengan produk yang dihasilkan. Maka dari itu, dia mengatakan perlunya pelatihan untuk mendorong produktivitas tenaga kerja.
Advertisement
"Di Jakarta ada tidak perusahaan melakukan training? Kalau tidak, SDM tidak tinggi dengan 40 jam," kata dia kepada Liputan6.com,Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Baca Juga
Faktor kedua ialah mesin. Menurut dia, mesin juga menentukan produktivitas serta jam kerja di Jakarta. "Pertanyaan tadi. Apakah buruh swasta sudah menggunakan mesin terbaru. Misal Cakung pakai mesin tahun 1970," kata dia.
Tak berhenti di sana, dia mengatakan jam kerja juga terkait dengan kondisi tempat kerja. Menurut dia, kondisi tempat kerja juga menentukan jam kerja. "Ketiga sistem kerja, airgonomik. Misal perusahaan tidak memperdulikan pekerja, tempat kerja asal-asalan, meletakkan barang sembarangan," kata dia.
Untuk diketahui, sebuah pasar business-to-business (B2B) online bernama Expert Market mengeluarkan sebuah ranking tentang kota dengan keseimbangan waktu kerja paling baik di dunia. Situs tersebut mengkompilasi beberapa kota yang memiliki waktu terbaik bagi pekerjanya.
Selain kota dengan keseimbangan waktu kerja terbaik, ada beberapa kota di dunia yang memiliki keseimbangan waktu kerja paling buruk. Kota-kota tersebut memiliki waktu kerja lebih dari 40 jam dalam seminggu.
Jakarta masuk dalam daftar tersebut. Ibu kota dari Indonesia ini merupakan rumah dari 30 juta populasi di Indonesia. Waktu kerja di Jakarta 9,99 persen lebih banyak dibanding rata-rata waktu kerja di dunia.