Sukses

Indonesia Makin Gencar Impor Hadapi Puasa dan Lebaran

BPS mencatat impor migas melonjak lantaran pasokan minyak mentah yang tinggi dari negara lain ke Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kenaikan impor sebesar 2,98 persen menjadi US$ 11,14 miliar pada Mei 2016. Impor migas dan non migas Indonesia ke sejumlah negara meningkat sebagai langkah antisipasi menghadapi puasa dan Lebaran.   

Kepala BPS, Suryamin mengungkapkan kinerja impor Indonesia naik 4,12 persen secara tahunan dari US$ 11,61 miliar pada Mei 2015 menjadi US 11,14 miliar. Realisasi ini karena peningkatan impor migas dan non migas.

"Impor migas naik signifikan pada Mei ini sebesar 22,50 persen menjadi US$ 1,67 miliar dibanding April lalu US$ 1,36 miliar. Sedangkan impor non migas naik 0,16 persen dari US$ 9,45 miliar menjadi US$ 9,47 miliar," kata dia saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/6/2016).

Suryamin menyebut, impor migas melonjak karena tingginya pasokan minyak mentah dari negara lain ke Indonesia dengan kenaikan impor 37,14 persen, hasil minyak 11,60 persen, dan impor gas menanjak 10,13 persen.

Sementara itu, komoditas non migas yang mengalami kenaikan impor, di antaranya kendaraan dan bagian-bagiannya, gandum-ganduman dengan peningkatan impor 16,33 persen, gula dan kembang gula 92,08 persen, ampas sisa industri makanan.

"Impor gandum naik karena untuk menghadapi puasa dan Lebaran, mau bikin tepung, kue. Kalau impor migas naik seiring pertumbuhan ekonomi kita, permintaan pasti meningkat. Impor bahan baku juga naik, seperti daging, dan lainnya sebagai antisipasi puasa dan Lebaran," jelas Suryamin.

Secara akumulasi Januari-Mei ini, total impor mencapai US$ 53,89 miliar atau turun 11,61 persen dibanding periode yang sama 2016. Impor non migas di lima bulan 2016 ini susut 6,91 persen menjadi US$ 46,97 miliar. Jumlah terbesar mesin dan peralatan mekanik dengan impor sebesar US$ 8,43 miliar dan mesin dan peralatan listrik US$ 6,06 miliar.

Tiga negara asal barang impor non migas terbesar sepanjang Januari-Mei ini ke Indonesia, kata Suryamin, peringkat pertama diduduki China dengan nilai US$ 12,26 miliar dan pangsa pasar 26,10 persen. Disusul Jepang US$ 5,05 miliar dengan pangsa pasar US$ 10,76 persen. Ketiga, Thailand US$ 3,77 miliar dan pangsa pasar impor 8,03 persen.

"Impor Indonesia dari negara-negara ASEAN mencapai US$ 10,46 miliar dengan pangsa pasar 22,26 persen dan dari Uni Eropa senilai US$ 4,46 miliar atau 9,51 persen," tutur dia. (Fik/Ahm)