Sukses

Studi: Tempat Belanja Mencerminkan Kepribadian Anda

Sebuah studi menemukan orang yang biasa belanja di tempat mahal cenderung memiliki tingkat kepedulian yang rendah.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menemukan orang yang biasa belanja di tempat mahal cenderung memiliki tingkat kepedulian yang rendah.

Besarnya pendapatan bisa menjadi salah satu sarana Anda untuk menghabiskan uang di tempat mahal. Nyatanya, tingkat kepedulian mereka yang berbelanja di tempat mahal cenderung rendah.

Melansir dari marketwatch.com, Kamis (16/6/2016), Social Influence melakukan penelitian pada orang-orang yang berbelanja di toko-toko yang jual barang mahal atau setidaknya pada toko dengan harga yang hanya bisa dijangkau kalangan menengah ke atas.

 



Penelitian pertama mengambil tempat di Triangle d’Or, Paris yang penuh dengan toko fashion mahal. Seorang perempuan berkaki palsu yang menjadi bagian dari eksperimen menjatuhkan belanjaan berisi permen dan botol air minum.

Dari percobaan tersebut hanya 35 persen dari pengunjung yang meninggalkan aktivitas belanjanya dan menolong perempuan tersebut. Sementara ketika percobaan tersebut dilakukan di jalan biasa, lebih dari 77 persen orang yang menolong.

Sementara penelitian kedua bertempat di Vendome, Paris dengan barisan toko perhiasan maupun jam tangan. Eksperimen dilakukan oleh perempuan yang meminta salah satu pengunjung untuk menjaga temannya yang cacat pada kursi roda dengan alasan ponselnya tertinggal di suatu toko dekat situ.

Hasilnya, hanya 23 persen orang yang benar-benar berdiri untuk mendampingi perempuan di kursi roda tersebut. Sementar 82 persen yang bersedia menjaga masih mondar-mandir melihat toko di sekitarnya.

Penelitian terakhir dilakukan pada beberapa toko mahal hingga toko yang murah. Kali itu seorang perempuan menghampiri para pengunjung dengan alasan ingin meminjam ponsel.  Hanya 41 persen pengunjung toko mahal yang meminjamkan, sementara di jalanan biasa, 74 persen bersedia meminjamkan.

Ketiga penelitian tersebut memberikan kesimpulan bagi mereka yang sarat dengan ‘lingkungan matrealistis’ memiliki tingkat ‘perbaikan diri dan nilai kompetitif’ yang kemudian mengurangi tingkat ‘kepercayaan, perbuatan baik, keprihatinan, dan koneksi dengan orang lain’. (Shabrina Aulia Rahmah/Ndw)

Video Terkini