Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan asal China siapkan US$ 20 juta atau setara dengan Rp 260 miliar (kurs Rp 13.000 per dolar) untuk membangun pabrik pemanis buatan di Indonesia. Perusahaan tersebut berasal dari Kota Yixing, Provinsi Jiangsu.
Kepala Badan Koordinasi Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, rencana investasi tersebut berawal dari kesuksesan perusahaan memasok pasar Indonesia. Saat ini, perusahaan memiliki pabrik di China dengan kapasitas produksi 10 ribu metrik ton (MT) per tahun.
Dari kapasitas tersebut, setiap tahunnya sekitar 2.000 MT diekspor ke Indonesia dan total 6.000 MT diekspor ke beberapa negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura. Kemudian sisanya diekspor ke berbagai negara di dunia.
"Perusahaan berminat berinvestasi di Indonesia membangun industri pemanis buatan dengan total rencana investasi sekitar senilai US$ 20 juta dengan kapasitas produksi 4.000 MT per tahun, dan membutuhkan lahan seluas 2,5-3 hektar," ujar dia di Jakarta, Sabtu (18/6/2016).
Menurut Franky, pabrik yang dibangun di Indonesia tersebut akan memenuhi kebutuhan kawasan Asia Tenggara. "Jadi 20 persen untuk pasar lokal, sementara yang 80 persen akan di ekspor keluar Indonesia. Dipasarkan di negara-negara Asia Tenggara lainnya," kata dia.
Saat ini perusahaan sedang dalam tahap mencari lokasi investasi. Ada beberapa alternatif lokasi yang potensial untuk pembangunan pabrik ini, namun perusahaan fokus mengincar beberapa lahan yang ada di Jawa Barat.
Advertisement
Perusahaan pemanis buatan tersebut tergolong pemain global yang sudah mendunia. Pada periode April 2015-Maret 2016, calon investor potensial tersebut telah menguasai 55 persen pangsa pasar ekspor pemanis buatan ke seluruh dunia dan juga menguasai 58 persen pangsa pasar di Tiongkok.
China selama ini menjadi salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia. Sejak 2010, nilai investasi yang telah teralisasi mencapai US$ 2,6 miliar. Investasi tersebut dilakukan pada berbagai sektor, antara lain infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik.
Selain itu, sejak 2010 komitmen investasi asal China yang terdaftar di BKPM mencapai US$ 52,3 miliar. Dari data yang dimiliki oleh BKPM, pada kuartal I 2016, realisasi dari Tiongkok mencapai US$ 464 juta terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Posisi Tiongkok tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong (RRT).