Sukses

‎Impor Buah RI dari Tiongkok Anjlok, Ini Penyebabnya

Pasokan buah-buahan dari Tiongkok ke Indonesia anjlok hingga hanya sebesar US$ 51,38 ribu dengan berat 39,30 ribu Kg pada Mei 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor buah Indonesia dari lima negara anjlok sepanjang Mei 2016, yakni sebesar US$ 47,50 juta dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 250,99 juta. Penurunan paling signifikan impor buah dari Tiongkok karena berbagai faktor, terutama isu menyangkut kesehatan.

Dari data BPS yang diterima Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Senin (20/6/2016), ‎realisasi pasokan buah-buahan dari luar negeri ke Indonesia mengalami penurunan drastis dengan total US$ 47,50 juta dan volumenya 22,81 juta Kilogram (Kg) pada periode bulan kelima ini.

Sedangkan di April 2016, tercatat cukup tinggi senilai US$ 250,99 juta dengan berat 164,99 juta Kg. Sepanjang Mei tahun lalu pun, nilai impor buah-buahan yang masuk ke Indonesia mencapai US$ 70,03 juta dengan berat 40,30 juta Kg.

Dari realisasi tersebut, data BPS menunjukkan, pasokan buah-buahan dari Tiongkok ke Indonesia anjlok hingga hanya sebesar US$ 51,38 ribu dengan berat 39,30 ribu Kg pada Mei 2016. Padahal di bulan sebelumnya, impor masih relatif tinggi senilai US$ 98,14 juta dengan volume 81,07 juta Kg.

Negara lain pun tercatat mengalami penurunan impor buah ke Indonesia, antara lain Australia dari US 36,98 juta pada April lalu menjadi US$ 22,14 juta di Mei ini. Disusul Amerika Serikat dengan pasokan senilai US$ 9,76 juta pada bulan kelima ini atau turun dari US$ 22,20 juta di April lalu.

Adapula buah impor dari Thailand dan Pakistan yang masing-masing susut dari US$ 14,39 juta dan US$ 18,49 juta di April 2016 menjadi hanya US$ 1,65 juta dan US$ 6,44 juta di Mei 2016. Sedangkan dari negara lainnya, impor buah yang masuk ke Indonesia hanya US$ 7,47 juta‎ dari sebelumnya US$ 60,80 juta.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo memperkirakan, impor buah-buahan Indonesia dari negara lain menjelang puasa justru turun karena pasokan buah lokal sedang berlimpah, karena musim panen.

"Saya menduga karena kita sudah musim panen buah-buahan ya, jadi impornya berkurang. Sekarang variasi buah lokal lebih banyak, bukan cuma mangga saja, tapi ada salak, durian, dan lainnya. Jadi masyarakat sekarang mengandalkan buah lokal," terang dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sementara anjloknya impor buah dari Tiongkok ke Indonesia, kata Sasmito ada beberapa hal penyebabnya. Pertama, dia mengaku, permintaan buah dari Indonesia berkurang lantaran harga buah di China mengalami kenaikan seiring penguatan mata uang Yuan terhadap Rupiah.

"Mungkin karena harga buah dari China naik ya, karena kurs Yuan terapresiasi dari Rupiah. Indikator saya sih harga bawang putih impor dari China naik terus, kan kita 95 persen pasokan bawang putih impor dari sana. Kalau bawang putih harganya naik, berdampak ke berbagai jenis buah-buahan," jelas Sasmito.

Penyebab kedua, dia bilang, menyangkut isu kesehatan. Sasmito mengatakan, kesadaran masyarakat sudah semakin tinggi terhadap kesehatan, terutama dari makanan. Salah satunya buah-buahan dari China yang diterpa isu menggunakan bahan pengawet.

"‎Isu kesehatan juga berpengaruh ya. Bayangkan saja, apel dikirim dari China sudah satu bulan tidak busuk, masih bagus saja. Ini kan mencurigakan, dugaannya dikasih lilin atau bahan pengawet lain. Makanya mengurangi permintaan buah dari China," kata dia.

Sasmito berharap, masyarakat Indonesia bisa meningkatkan konsumsi buah-buahan lokal yang semakin beragam. Kualitasnya pun tidak kalah dengan buah impor, semisal dari Thailand dan negara lain.