Liputan6.com, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ikut turun tangan menyelidiki kenaikan harga bahan pokok yang terjadi akhir-akhir ini. Dari hasil penyidikannya, BPK sudah menemukan faktor pemicu kenaikan harga pangan.
Anggota IV BPK Rizal ‎Djalil mengatakan, ada persoalan data produktivitas produksi harga pangan sehingga memimbulkan permasalahan peningkatan harga pangan.
"Ada persoalan data yang kronis terkait dengan produksi dan produktivitas," kata Rizal di Kantor BPK, Jakarta, Senin (20/6/2016).
Terkait dengan kesalahan data produksi, Rizal enggan menyalahkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang memiliki peran mengelola data karena Presiden Joko Widodo hanya mengacu pada data BPS.
Baca Juga
Rizal akan mengungkapkan permasalahan kenaikan harga pangan di depan pemangku kepentingan yaitu Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, petani yang diwakili HKTI‎ dan pengamat pertanian, pada Selasa, 21 Juni 2016.
‎
‎"Besok terungkap semua secara konkrit, banyak hal yang perlu dibenahi terkait data," terang Rizal.
Advertisement
Sebelumnya, pedagang meminta penjelasan dari pemerintah mengenai tingginya harga daging sapi di pasaran. Ini lantaran pemerintah mengklaim harga daging sapi sudah turun, tapi kenyataannya harga daging sapi masih di sekitar Rp 120 ribu per kg.
Hadibowo (50), pedagang di Pasar Kebayoran Lama, mengatakan harga daging sapi masih bertahan di Rp 120 ribu per kg, tak berubah dari pekan sebelumnya. Di lain pihak, pemerintah menyatakan harga daging sapi sudah turun. Apalagi, pemerintah menjual daging sapi dengan harga Rp 80 ribu per kg.
Jelas saja, hal tersebut membuat kebingungan para konsumen. Dia mengatakan konsumen menganggap harga daging sudah mencapai Rp 80 ribu per kg. (Pew/Ndw)