Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. rencana referendum Inggris masih membayangi gerak rupiah.
Mengutip Bloomberg, Selasa (21/6/2016), rupiah dibuka di angka 13.271 per dolar AS. Nilai tersebut melemah jika dibandingkan dengan penutupan pada perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.252 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.253 per dolar AS hingga 13.304 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 3,74 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.286 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.260 per dolar AS.
Beberapa mata uang dunia memang bergerak tak menentu jelang jejak pendapat untuk menentukan apakah Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada tanggal 23 Juni waktu setempat.
Miliarder dunia yang juga seorang investor handal George Soros menyebutkan bahwa mata uang pound sterling akan jatuh hingga 20 persen terhadap dolar AS jika Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa.
Pelemahan pound tersebut berpengaruh kepada mata uang lainnya terutama mata uang negara-negara berkembang seperti Indonesia. Rupiah ikut tertekan meskipun sangat tipis.
"Ada volatilitas di pound karena investor sedang melakukan reposisi," jelas Angus Nicholson, analis IG Ltd, Melbourne, Australia. Ia melanjutkan, adanya referendum membuat risiko kepada investasi mata uang meningkat.
Sebelumnya, Gubernur BI, Agus Martowardojo memprediksi rupiah akan bergerak pada kisaran 13.500-13.800 pada 2016. Prediksi tersebut merujuk pada realisasi penguatan mata uang Garuda sebesar 3,9 persen sejak Januari-Juni ini.
“Kami lihat titik kurs rupiah di kisaran 13.500-13.800 per dolar AS di sepanjang tahun ini. Rata-ratanya Rp 13.600. Kurs stabil karena didukung persepsi ekonomi domestik dan stabilitas keuangan lebih baik. Nilai tukar yang stabil hingga Juni ini juga didorong korporasi di dalam negeri yang berorientasi ekspor ikut melepas dolar AS,” tuturnya.