Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan akhir-akhir ini pasca diterpa sentimen negatif rencana kenaikan suku bunga The Fed. Kondisi tersebut menandakan bahwa isu keluarnya Inggris dari zona Uni Eropa tidak berpengaruh terhadap laju kurs rupiah.
“Sekarang ini kita masuk periode risk on (positif), artinya flight from quality. Untuk rupiah ada kecenderungan menguat,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo usai Rapat Kerja Postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2016 di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (21/6/2016).
Baca Juga
Apresiasi nilai tukar rupiah pada bulan-bulan ini, kata Agus, berbeda dengan kondisi Mei lalu yang mengalami pelemahan karena diterpa spekulasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS sehingga berdampak pemindahan investasi ke aset yang lebih aman (flight to quality).
Advertisement
“Dampaknya sampai sekarang rupiah menguat, dan kami ikuti credit default swap juga mengalami perbaikan. Kami harap stabilitas ini mengalami perbaikan dan kami harap pertumbuhan ekonomi membaik,” jelas Mantan Menteri Keuangan itu.
Berdasarkan data kurs tengah BI atau Jisdor, kurs Rupiah pada perdagangan hari ini bergerak sedikit melemah sebesar Rp 13.286 per dolar AS dari realisasi sebelumnya (20/6) di level Rp 12.260 per dolar AS. Sementara pada perdagangan pekan lalu (17/6), nilai tukar Rupiah 13.358 per dolar AS.