Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan menara Air Traffic Control (ATC) portabel seperti yang akan dipasang pada Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno Hatta lazim dipakai beberapa negara maju di dunia.
Direktur Utama AirNav Indonesia Bambang Tjahjono mengungkapkan, hal itu karena negara-negara maju tersebut memiliki Bandar Udara (Bandara) dan terminal yang luas yang tidak terjangkau menara ATC permanen.
‎"Kalau kita baca aturannya, satu menara ATC memang harus bisa melihat apron atau dengan radar. Di negara lain hampir semua bandar udara besar di dunia pasang tower portabel," kata Bambang saat berbincang dengan wartawan seperti dikutip Rabu (22/6/2016).
Adapun menara ATC portabel yang akan dipasang di T3 Ultimate, saat ini tengah dalam proses upgrade dari standar level 1, ke level 2. Pada level 2 ini, ‎luas jangkauan menara lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan menara tersebut belum bisa beroperasi.
Jika Angkasa Pura II akan mengoperasikan T3 Ultimate sebelum proses upgrading selesai, AirNav menawarkan solusi untuk dipasang alat navigasi di kendaraan-kendaraan yang beroperasi di apron T3 Ultimate.
Bambang menambahkan, untuk menghindari persinggungan kepentingan mengenai pengaturan lalu lintas di bandara terutama di T3 Ultimate, tengah melakukan finalisasi perjanjian dengan pihak AP II.
‎"Jadi nanti mulai dari pesawat itu ditarik dari tempat parkir hingga ke taxi way itu menjadi tanggung jawab AP II, tapi jika sudah di taxi way hingga pesawat itu take off itu jadi ranah AirNav, begitu juga kalau pesawat landing," papar dia. (Yas/Nrm)
AirNav: Menara ATC Portabel Banyak Dipakai di Negara Maju
Air Traffic Control (ATC) portabel akan dipasang pada Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Advertisement