Liputan6.com, Jakarta - PT Reasuransi Internasional Indonesia (ReIndo) resmi bergabung dengan PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re). Merger ini merupakan tindaklanjut dari pembentukan Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN) menuju perusahaan reasuransi yang besar.
Presiden Direktur Indonesia Re, Frans Sahusilawane mengatakan, ‎dalam proses tahapan penggabungan ReIndo ke dalam Indonesia Re‎, sebelumnya telah dilakukan pendirian anak perusahaan PT Reasuransi Syariah Indonesia (anak perusahaan ReIndo) dalam rangka pengalihan portofolio bisnis reasuransi syariah ReIndo.
"Ini adalah satu mata rantai dari rantai proses yang panjang, dimulai bertahun-tahun lalu. Semangat perusahaan punya keinginan untuk memiliki perusahaan reasuransi yang besar," ujar dia di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (23/6/2016).
Pasca penggabungan ini, Indonesia Re akan mulai beroperasi menjalankan kegiatan bisnis reasuransi dengan didukung oleh dua anak perusahaan, yaitu PT Asuransi Asei Indonesia di bidang usaha asuransi umum dan PT Reasuransi Syariah Indonesia di bidang usaha reasuransi syariah.
Baca Juga
Pembentukan PRN ini merupakan kebijakan pemerintah untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. Dengan ada perusahaan reasuransi nasional yang besar dan kuat, diharapkan akan mengurangi capital outflow premi reasuransi yang saat ini nilainya lebih dari Rp 20 triliun per tahun.
Dengan demikian, masalah beban defisit transaksi berjalan neraca pembayaran Indonesia di sektor jasa keuangan dan potensi kehilangan penerimaan pajak dari premi reasuransi ke luar dapat diatasi.
‎"Saat ini kita menjadi perusahaan reasuransi terbesar di ASEAN, dari sisi modal. Tapi masalahnya kita selama ini buang keluar negeri,"‎ kata dia.
Dalam roadmap transformasi perusahaan reasuransi nasional ini, pemerintah akan meningkatkan permodalan perusahaan sehingga Indonesia Re menjadi perusahaan reasuransi nasional yang mampu bersaing di kancah regional dan global.
"Ini inisiasi langkah awal dilakukan Kementerian BUMN dan dari situ disusun roadmap. Roadmap ini bermula di 2014," ujar dia. (Dny/Ahm)
Advertisement