Sukses

Moody's Pangkas Peringkat Utang Inggris Jadi Negatif

Moody menilai langkah Inggris keluar dari UE (Brexit) akan membawa masa ketidakpastian bagi negara ini.

Liputan6.com, New York - Lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investors Service menurunkan peringkat prospek utang jangka panjang Inggris menjadi 'negatif' dari 'stabil'. Namun lembaga ini mempertahankan peringkat 'stabil' Uni Eropa, usai Inggris memutuskan untuk tak lagi bergabung dengan Uni Eropa.

Moody menilai langkah Inggris keluar dari UE (Brexit) akan membawa masa ketidakpastian bagi negara ini, dengan implikasi negatif terhadap prospek pertumbuhan jangka menengah.

Seperti mengutip keterangan dari laman Moodys.com, Sabtu (25/6/2016), ada beberapa hal yang mendorong lembaga ini mengubah pandangannya.

Pertama, hasil referendum di mana mayoritas warga Inggris mendukung suara meninggalkan Uni Eropa (EU) akan membuat ketidakpastian berkepanjangan untuk Inggris. Implikasi negatifnya, ini mempengaruhi prospek pertumbuhan jangka menengah di negara itu.

Selama beberapa tahun, Inggris harus menegosiasikan hubungan dagang dengan Uni Eropa.  Moody melihat adanya ketidakpastian, keyakinan yang berkurang dan pengeluaran yang lebih rendah dan ketiadaan investasi untuk menghasilkan pertumbuhan.

Dalam jangka panjang, Inggris dinilai tidak mampu mengamankan aturan perdagangan alternatif yang menguntungkan dengan Uni Eropa dan negara-negara lain.

Kemudian soal kerangka kelembagaan Inggris yang tidak akan berubah, Moody menganggap bahwa prediktabilitas kebijakan dan efektivitas pembuatan kebijakan ekonomi - merupakan aspek penting dari kekuatan institusional. Hal ini pun dinilai akan agak berkurang sebagai konsekuensi dari Brexit.

Pemerintah Inggris tidak hanya akan perlu bernegosiasi tentang kepergiannya dari Uni Eropa tapi kemungkinan memulai perubahan yang signifikan terkait kebijakan soal imigrasi, kebijakan perdagangan yang lebih luas dan kebijakan regulasi.

"Sementara kita mempertimbangkan kekuatan institusional Inggris menjadi sangat tinggi, tantangan bagi para pembuat kebijakan dan para pejabat akan sangat besar," menurut keterangan Moody.

Sebagai konsekuensi dari keputusannya, juga akan mempengaruhi prospek pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Inggris yang lebih lemah dan kekuatan kelembagaan, keuangan yang cenderung lebih lemah dari asumsi Moody.

Dalam pandangan Moody, efek negatif dari pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah akan lebih besar daripada Inggris yang tidak lagi harus berkontribusi pada anggaran Uni Eropa.

Pemerintah Inggris dinilai memiliki salah satu defisit anggaran terbesar di antara negara maju, dan pertumbuhan PDB yang lebih rendah akan lebih mempersulit pelaksanaan rencana konsolidasi fiskal pemerintah multi-tahun. Akibatnya, rasio utang publik akan tetap lebih tinggi dari harapan lembaga pemeringkat sebelumnya.(Nrm/Ndw)