Sukses

Dampak Brexit Mereda, Harga Emas Turun

Harga emas untuk pengiriman Agustus ditutup turun 0,05 persen ke angka US$ 1.317 per troy ounce.

Liputan6.com, New York - Harga emas turun pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena pelaku pasar menjalankan aksi ambil untung setelah beberapa hari sebelumnya harga emas telah mengalami kenaikan yang cukup tajam.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (29/6/2016), harga emas untuk pengiriman Agustus ditutup turun 0,05 persen ke angka US$ 1.317 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.

Daya tarik emas sebagai aset penyelamat atau safe haven terus melonjak setelah jajak pendapat yang dilakukan oleh masyarakat Inggris menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai untuk keluar dari Uni Eropa. Sejak jajak pendapat yang dilakukan pada 23 Juni lalu, harga emas terus melonjak dan bertengger di atas US$ 1.362 per troy ounce.

Para investor kembali mengoleksi emas sebagai instrumen safe haven setelah jajak pendapat tersebut dilakukan. Emas dipercaya sebagai instrumen yang memiliki volatilitas harga tak terlalu tinggi atau bisa dibilang instrumen yang cukup stabil terhadap perubahan arah kebijakan apapun.

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik setelah keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa membuat harga emas melonjak karena instrumen investasi tersebut terus diburu.

Namun pada perdagangan Selasa arah angin berbalik. Para investor telah mendapat keuntungan yang cukup besar dari kenaikan harga emas. Investor pun menjalankan aksi ambil untung.

"Pasti ada profit taking. Jarang terjadi harga emas bisa melonjak tinggi terus-menerus," jelas Managing Director RBC Capital Markets, George Gero.

Ia melanjutkan, penurunan ini juga kemungkinan sesaat. Masih ada sentimen lain yang akan bergulir di pasar keuangan yang bisa mendorong harga emas kembali melonjak. Situasi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) belum stabil sehingga banyak faktor yang bisa mendukung harga emas untuk kembali naik dalam jangka panjang.

"Ada banyak pertanyaan mengenai kondisi ekonomi dunia ke depannya dan sepertinya pertanyaan itu sulit untuk bisa mendapat jawaban," jelas Xiao Fu, analis BOCI Global Commodities, anak perusahaan dari of Bank of China Ltd.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

Â