Sukses

Harga Buah Melonjak, Ini Penyebabnya

Pedagang buah menyebutkan bahwa seluruh produk buah impor mengandung pengawet.

Liputan6.com, Jakarta - Para pedagangan mengeluhkan aturan penutupan keran impor buah asal China. Aturan tersebut membuat harga buah melonjak tinggi. Sedangkan buah lokal tidak bisa menjadi pengganti karena pasokan tergantung musim.

Bunyamin (40), Pedagang buah di Pasar Senen, Jakarta Pusat mengeluhkan penutupan keran impor buah asal China ke Indonesia. Pasalnya dengan kebijakan tersebut, harga buah dari negari tirai bambu itu melonjak drastis Rp 20 ribu-Rp 30 ribu per kilogram (kg).

“Apel Fuji, buah pear dan wortel dari China kosong atau hilang dari peredaran sejak tahun baru,” ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (1/7/2016).

Meski tidak mengetahui banyak informasi, namun menurut Bunyamin, kekosongan pasokan buah impor asal China karena ada larangan masuk ke Indonesia. “Saya tidak tahu ada unsur apa, tapi kayaknya tidak boleh masuk ke sini,” ucapnya.

Lebih jauh Pria asal Garut, Jawa Barat itu mengaku, kalaupun ada apel Fuji dari importir, harganya sangat mahal sebesar Rp 850 ribu per karton atau 18 kilogram (kg). Dengan harga tersebut, penjual harus membanderol apel Fuji seharga Rp 55 ribu per kg atau lebih. Sementara harga normalnya Rp 25 ribu-Rp 30 ribu per kg. Termasuk pear madu dan wortel dengan harga standar yang sama.

“Kalau menjualnya Rp 55 ribu per kg lebih baik saya tidak jual, modalnya besar. Sebab buah impor asal China disukai masyarakat Indonesia kan karena harga yang murah dan kualitas yang cukup baik,” terang Bunyamin.

Untuk mengisi kekosongan buah impor China, Bunyamin menjual buah dari Amerika Serikat (AS) dan Australia dengan harga mahal. Apel merah dan apel GS dari AS dijualnya seharga Rp 45 ribu per kg, sedangkan jeruk Sunkish dari Australia kini dibanderol Rp 55 ribu per kg dari sebelumnya Rp 20 ribu-Rp 25 ribu per kg. 

Alternatif lain, dia menjual buah lokal, seperti apel Malang, jeruk Medan, pepaya, dan produk buah asli Indonesia lainnya. Hanya saja, Bunyamin mengaku, pasokan buah lokal sangat mengandalkan musim sehingga tidak konsisten ada di pasaran. Saat stok mulai langka, harga buah lokal meroket. Sebagai contoh apel Malang yang sekarang mencapai Rp 40 ribu per kg dari harga awal Rp 20 ribu per kg.

“Kalau bisa buah dari China banyak lagi di Indonesia karena gaya hidup masyarakat kita kan lebih senang produk impor. Jika pasokan buah lokal belum memadai, ya impor solusinya yang penting untuk buah-buah tertentu. Infonya sih habis Lebaran, impor buah China datang lagi,” harap Bunyamin.

Menyoal sisi kesehatan buah impor China yang disebut-sebut menggunakan pengawet dan lilin, Bunyamin menegaskan bahwa seluruh produk buah impor mengandung pengawet. Sebab jika tidak, buah akan mudah busuk, dan rusak.

“Ah, semua buah impor mau dari China, AS, Australia pasti pakai pengawet atau ada lilinnya. Yang penting sebelum makan dicuci bersih dulu, lalu dikupas kulitnya. Karena selama ini belum ada pelanggan yang complain  ke saya,” cetus Bunyamin sambil menunjukkan keberadaan zat lilin dalam buah apel asal AS. 

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.