Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan awal pekan ini usai Menteri Energi Arab Saudi Khaled Al-Faleh menyatakan kalau pasar sedang menuju arah keseimbangan seiring melambatnya permintaan di Asia. Namun sisi lain ada sinyal produksi minyak mentah naik dan kelebihan pasokan bensin.
Harga minyak mentah berjangka jenis Brent turun 25 sen menjadi US$ 50,10 per barel. Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) melemah 23 sen menjadi US$ 48,76 per barel. Perdagangan diperkirakan tipis seiring pasar Amerika Serikat (AS) tutup untuk memperingati hari kemerdekaan AS.
Sebelumnya menteri Energi Arab Saudi, para eksportir dan Sekretaris Jenderal OPEC sepakat kalau pasar minyak global menuju keseimbangan. Hal itu tercermin dari harga minyak.
Baca Juga
Namun, analis Morgan Stanley menyebutkan kalau ada tanda harga minyak dapat kembali jatuh. Hal ini menunjuk dari permintaan bensin dan produksi lebih banyak dari Kanada dan Nigeria.
Nigeria Petroleum Corporation menyatakan kalau pihaknya sudah melakukan perbaikan usai penyerangan di Delta Niger sehingga mendorong produksi minyak ke posisi terendah dalam 30 tahun.
Selain itu, ada kesepakatan menyatakan perusahaan minyak nasional Libya juga membuka jalan bagi anggota OPEC untuk meningkatkan produksi. "Jika kesepakatan itu terwujud akan memiliki dampak nyata dan besar terhadap keseimbangan pasar minyak pada 2017," ujar Kepala Riset SEB Market Bjarne Schieldrop seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (5/7/2016).
Di sisi lain, kilang minyak di Asia bersiap untuk pemeliharaan musiman. Dalam laporan analis Morgan Stanley menilai hal ini juga akan mempengaruhi permintaan dan dan harga minyak. (Ahm/Ndw)
Advertisement
Â
*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.