Liputan6.com, Paris - Pemerintah Prancis berjanji untuk membuat pajak lebih menguntungkan di Eropa terutama bagi ekspatriat. Langkah ini dilakukan untuk mengambil pasar dari pusat keuangan yang dipegang oleh London, Inggris usai memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa/Britain Exit (Brexit).
"Kami ingin membangun pusat keuangan di masa depan. Ini waktunya untuk datang ke Prancis," ujar Perdana Menteri Prancis Manuel Valls, seperti dikutip dari laman the Guardian, Kamis (7/7/2016).
Sektor keuangan Prancis sering mengeluhkan kebijakan pemerintah terhadap pengenaan pajak tinggi ke industri.
Baca Juga
Akan tetapi, Paris melihat kesempatan Inggris keluar dari Uni Eropa atau disebut Britain Exit/Brexit pada bulan lalu. "Kami membawa solusi hari ini, dan mempersiapkan masa depan," ujar Valls.
Dia menuturkan, Prancis siap memberikan insentif pajak untuk ekspatriat dan warga negara Prancis yang kembali dari tugas di luar negeri. Selain itu, pemotongan untuk tunjangan non-gaji seperti pendapatan yang diperoleh dari modal yang dimiliki di luar negeri.
Valls mengatakan, pemerintah juga akan menyiapkan jalur administrasi satu atap untuk perusahaan asing yang investasi di Prancis dengan layanan dalam bahasa selain bahasa Prancis.
Bagi keluarga ekspatriat, bila diperlukan sekolah di Prancis juga akan membuka banyak kelas bagi anak-anak yang menggunakan bahasa asal negaranya.
Sementara itu, Gubernur bank sentral Prancis Francois Villeroy de Galhau berjanji akan cepat memeriksa aplikasi dari setiap lembaga keuangan berlisensi di Inggris yang mungkin berusaha untuk mendirikan cabang di Prancis.
"Kami tidak perang dengan London. Tapi ada kompetisi, dan kami ingin membuat Paris menjadi pusat keuangan di Eropa," ujar the Head of the Wider Paris Region Valerie Pecresse.
Sebelumnya Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan kalau perlu penyesuaian pajak untuk membuat Paris lebih menarik.
Seperti diketahui, Paris telah menjadi salah satu pusat pasar terbesar di zona Euro termasuk penerbitan obligasi korporasi dan manajemen investasi dengan nilai 3,6 triliun euro. (Ahm/Ndw)
Advertisement
*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.