Sukses

Ini Aksi George Soros Usai Inggris Hengkang dari Uni Eropa

Pada tahun 1992, miliarder yang merupakan investor kelas kakap George Soros mendapatkan julukan “perusak Bank Inggris”.

Liputan6.com, New York - Pada tahun 1992, miliarder yang merupakan investor kelas kakap George Soros mendapatkan julukan “perusak Bank Inggris”. Julukan tersebut tersemat kepadanya setelah Soros bermain short selling melawan pound sterling dengan nilai yang cukup besar. Dari aksi spekulasi tersebut, ia mendapatkan untung besar.

Hampir 25 tahun berikutnya, miliarder ini kembali mencoba mengulangi lagi aksi tersebut dengan memanfaatkan volatilitas pound sterling.

Mengutip Time, Jumat (8/7/2016), setelah referendum dari Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa, otoritas Jerman menunjukkan bahwa Soros telah bertaruh US$ 100 juta atau Rp 1,3 triliun (estimasi kurs Rp 13.201 per dolar AS), sehingga memukul Deutsche Bank.

Awalnya sebelum referendum, Soros mempertahankan uangnya di bank Jerman tersebut. Soros yakin apapun yang terjadi pound sterling akan tetap menguat, sehingga pilihannya untuk tetap mempertahankan uangnya adalah hal yang tepat.

Sayangnya, ketika berbagai portal berita memberitakan tentang hasil akhir dari pemilihan suara di Inggris, nilai pound sterling jatuh drastis. Kejatuhan nilai pound sterling ini belum pernah terjadi pada 30 tahun sebelumnya. Kejatuhan pound ini mendorong penguatan nilai tukar dolar AS.

Soros, dengan kekayaannya yang menyentuh angka US$ 23 miliar atau sekitar Rp. 303 triliun, bukanlah orang yang hanya duduk diam ketika pasar bergerak tidak sesuai keinginannya. Dia malah berusaha mengubah kondisi dengan mengubah taruhannya.

Pada Jumat ini, akibat ledakan pasar sebagai hasil dari Brexit, George Soros mengambil posisi short selling di Deutsche Bank dengan menjual 7 juta saham, yang setara dengan US$ 100 juta ketika dia melakukan taruhan sebelumnya.

Short selling adalah metode penjualan saham di mana investor meminjam dana untuk menjual saham yang belum dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham ke pialang pada saat saham turun.

Deutsche Bank menjadi salah satu perusahaan yang memiliki kinerja saham terburuk di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Saham perusahaan tersebut najlok 75 persen dalam 5 tahun terakhir.

Investor menghukum Deutsche Bank karena kinerja perusahaan yang tidak efisien seperti struktur biaya yang tinggi, pendapatan rendah, dan modal di bawah bank seukuran lain.

Sedangkan lembaga keuangan yang mengalami tekanan yang cukup dalam setelah referendum Inggris adalah Barclay PLC. Setelah hasil referendum keluar, saham bank ini turun lebih dari 21 persen dan otoritas bursa London menghentikan sementara transaksi perdagangan saham Barclay.

Sampai saat ini, tindakan George Soros belum diketahui tujuan dan motif dibaliknya. Soros masih merahasiakan apakah tindakannya adalah pertanda Soros akan kembali memasuki pasar modal, atau keluar sejenak hingga kekacauan akibat Brexit mereda. (Aldo Lim)