Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia anjlok lebih dari 4 persen, menghapus sebagian keuntungan pada sesi perdagangan sebelumnya.
Hal ini dipicu data persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang bearish, meningkatkan kekhawatiran tentang membanjirnya pasokan minyak global.
Melansir laman Reuters, Kamis (14/7/2016), harga minyak mentah Brent susut US$ 2,21 atau 4,6 persen lebih rendah menjadi US$ 46,26 per barel. Sementara minyak mentah AS turun US$ 2,05, atau 4,4 persen menjadi US$ 44,75 per barel.
Baca Juga
Stok minyak mentah AS turun kurang dari perkiraan pada pekan lalu. Namun persediaan distilat naik menuju posisi terbesar sejak Januari dan demikian pula dengan bensin, menurut Lembaga Administrasi Informasi Energi AS. Ini melukiskan permintaan yang sangat menurun selama musim panas.
Laporan EIA menekan kembali harga minyak di pasar. Apalagi ini setelah Badan Energi Internasional memperingatkan tentang membanjirnya pasokan minyak dunia. Lembaga ini mengatakan bahwa stok minyak mentah terus meningkat pada bulan lalu dan telah mendorong floating storage ke level tertinggi dalam tujuh tahun.
"Ini sebuah hal yang mengejutkan tentang stok bensin, di saat memasuki puncak musim mengemudi dan pasokan yang sangat besar dalam minyak akan mendorong harga yang lebih rendah," kata Tariq Zahir, pedagang minyak mentah Tyche Capital Advisors di New York.
Sebelumnya pada hari Selasa, harga minyak naik. Pendorong utama kenaikan harga minyak karena estimasi bahwa produksi minyak di luar negara-negara pengeskpor minyak di bawah angka yang diperkirakan.
Advertisement
Harga minyak telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir karena data persediaan AS terus menunjukkan penurunan. Para pelaku pasar juga terus berharap data persediaan minyak di AS tersebut terus mengalami penurunan.