Sukses

15 Negara Ini Bisa Jadi Tulang Punggung Baru Ekspor RI

Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 7,35 miliar pada semester I 2016 dengan 15 negara tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dapat memperdalam aktivitas perdagangan dengan menggenjot ekspor ke 15 negara potensial. Lantaran neraca perdagangan Indonesia dengan 15 negara ini mengalami surplus US$ 7,35 miliar di semester I 2016, dan sebesar US$ 1,48 miliar khusus pada Juni 2016.

Kepala BPS, Suryamin mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia dengan 13 negara utama baik di lingkungan ASEAN, Uni Eropa, termasuk China, Jepang, Amerika Serikat (AS), India, Australia, Korea Selatan (Korsel), dan Taiwan mengalami defisit.

Dari data BPS, defisit neraca perdagangan dengan 13 negara utama mencapai US$ 2,53 miliar di Januari-Juni 2016. Sementara nilai ekspor yang lebih rendah dibanding impor memicu defiist US$ 173,6 juta di periode Juni ini.

"Di ASEAN, kita cuma kalah dengan Thailand karena defisit 2,26 miliar di semester I dan US$ 319 juta di Juni 2016. Sedangkan di Uni Eropa, kita defisit dengan Jerman sampai US$ 174,7 juta hingga akhir Juni ini atau US$ 20,2 juta di bulan keenam," ujar dia di kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/7/2016).

Defisit paling besar dengan China yang mencapai US$ 8,88 miliar di sepanjang Januari-Juni ini, dan US$ 1,48 miliar di Juni. Begitu pula perdagangan Indonesia dengan Australia, Korsel, dan Taiwan yang masing-masing mencatatkan defisit masing-masing US$ 958,1 juta, US$ 392,1 juta, dan US$ 149,6 juta di semester I ini.

Suryamin menuturkan, Indonesia bisa meningkatkan kinerja ekspor di luar 13 negara utama. Ada 15 negara yang sangat potensial dijajaki lebih dalam oleh Indonesia karena perdagangan dengan negara itu mengalami surplus.

Antara lain Filipina, Switzerland, Vietnam, Pakistan, Hong Kong, Uni Emirat Arab, Spanyol, Inggris, Arab Saudi, Bangladesh, Mesir, Belgia, Turki, Brazil, dan Rusia. Dari perdagangan Indonesia dengan 15 negara ini, hanya dengan Vietnam dan Brazil, Indonesia membukukan defisit masing-masing US$ 291,7 juta dan US$ 579,1 juta di periode enam bulan pertama ini.

"Memang Vietnam adalah salah satu negara yang harus kita waspadai, tapi bukan berarti tidak bisa meningkatkan ekspor ke sana," ujar Suryamin.

Dengan Inggris, lanjutnya, meskipun terjadi Britain Exit atau brexit, potensi ekspor Indonesia ke negara tersebut sangat besar. Neraca perdagangan Indonesia-Inggris mengalami surplus US$ 378,8 juta di semester I dan US$ 65,5 juta di Juni ini.

Produk yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke Inggris, meliputi alas kaki, sepatu, kayu dan barang dari kayu, pakaian, furnitur, kertas, timah, karet, kendaraan, mainan, makanan binatang, dan lainnya. (Fik/Ahm)