Sukses

Perlukah Indonesia Impor Jeroan Sapi dan Daging Kerbau?

Pengusaha mempertanyakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi di pasaran dengan mengimpor jeroan.

Liputan6.com, Jakarta - Penguasa mempertanyakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi di pasaran dengan mengimpor jeroan. Saat ini, harga daging sapi di pasaran masih sekitar Rp 120 ribu per kg.

Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Johny Liano mengatakan, pemerintah mesti berkaca pada pengalaman impor daging beku. Dia menuturkan, impor daging beku saja dianggap tidak berhasil menurunkan daging segar di pasaran apalagi dengan impor jeroan.

"Ssekarang daging beku dimasukin tidak diminati, sekarang jeroan beku. Saya pikir kurang tepat. Mungkin memicu harga daging segar," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Minggu (17/7/2016).

Menurut Johny, pemerintah juga harus menghitung kembali kebutuhan jeroan sapi di masyarakat. Pasalnya, jika kebutuhan jeroan di masyarakat kecil maka impor jeroan juga bakal sia-sia dilakukan.

"Selama ini harga daging tidak pernah menghitung permintaan dan pasokan. Sekarang ada kepanikan. Kita masih mikir jangka pendek tapi mengorbankan jangka panjang," jelasnya.

Sejalan dengan itu, Johny mengatakan pemerintah juga mesti kembali mempertimbangkan impor daging kerbau dari India. Padahal, India belum seutuhnya terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK). Johny khawatir dengan kebijakan impor daging kerbau ini membuat Indonesia terjangkit PMK.

Dia menilai, keputusan pemerintah untuk terus melakukan impor dikhawatirkan mengancam keberlangsungan peternak lokal. Menurutnya, lebih baik pemerintah memperbaiki produksi sapi lokal ketimbang harus mengambil keputusan impor.

"Tidak gairah beternak, harga terjangkau tapi produsennya enggak ada kegiatannya. Ini akan tergantung impor," saran dia. (Amd/Ndw)