Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih sepanjang semester I 2016 sebesar Rp 9,6 persen, atau meningkat 12,1 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun pencapaian laba bersih tersebut kurang bisa diimbangi dengan rasio kredit bermasalah yang disalurkan perusahaan. Tercatat Nett Performing Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah hingga Juni meningkat 1,4 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 0,7 persen.
"Meskipun demikian, rasio NPL masih dalam tingkat risiko yang ditoleransi," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Jahja menuturkan kenaikan NPL itu karena kinerja beberapa perusahaan tambang di Indonesia masih belum menunjukkan perbaikan yang berarti. Hal ini jadi risiko perusahaan saat harga komoditas menurun.
Baca Juga
Jahja menilai risiko kenaikan kredit bermasalah ini akan berlanjut hingga September. Namun Jahja yakin, hingga akhir tahun, NPL tetap terkendali seiring membaiknya ekonomi Indonesia sehingga meningkatkan kualitas penyaluran kredit.
Catatan BCA, realisasi penyaluran kredit hingga akhir Juni 2016 mencapai Rp 387 triliun atau tumbuh 11,5 persen didorong oleh penyaluran kredit korporasi yang tumbuh 19,6 persen menjadi Rp 135,4 triliun dibanding periode yang sama tahun 2015.
Pada kredit komersial dan usaha kecil dan menengah (UKM) bank swasta itu juga mengalami peningkatan 6,5% dibanding tahun lalu. Semester I tahun ini tercatat sebesar Rp 146,5 triliun.
Kredit Pemilikan Rumah, lanjut Jahja, memberi sumbangan yang positif pada realisasi penyaluran kredit BCA. Tercatat tumbuh Rp 8,5 persen menjadi Rp 61,71 triliun. Sedangkan pada kredit kendaraan bermotor naik 11,4 persen menjadi Rp 34 triliun. (Yas/Ahm)
Advertisement