Liputan6.com, Chengdu - Inggris memutuskan meninggalkan Uni Eropa atau disebut Britain Exit (Brexit) dalam referendum pada Juni meningkatkan risiko ekonomi dunia.
Hal itu disampaikan para menteri keuangan dalam pertemuan akhir G20 di Tiongkok. Karena itu, negara G20 meminta Inggris tetap menjadi mitra dekat dengan Uni Eropa. Kanselir Philip Hammond menuturkan kalau Britain Exit (Brexit) telah menjadi fokus pembicaraan dalam pertemuan G20.
"Kenyataannya adalah akan ada ukuran ketidakpastian yang berlanjut, terutama dari negosiasi dengan Uni Eropa," ujar dia seperti dikutip dari laman BBC, Senin (25/7/2016).
Negara anggota G20 juga melihat kalau butuh alat untuk mengatasi dari hasil referendum Inggris itu terhadap ekonomi dan keuangan.
Baca Juga
Selain faktor Brexit, ada faktor lain yang mempengaruhi ekonomi dunia, termasuk kondisi geopolitik, terorisme, dan arus pengungsi.
Pimpinan bank sentral Jerman Jens Weidmann mengatakan bahwa belum ada tanda-tanda hasil referendum Inggris pada 23 Juni mempengaruhi pembangunan ekonomi di Eropa.
Weidmann menambahkan bahwa anggota G20 sepakat ekonomi global akan membaik pada 2016 dan 2017 walau ada Brexit.
Pada pekan lalu, Dana Moneter Internasionak (IMF) menurunkan proyeksi ekonomi Inggris dari 1,9 persen menjadi 1,7 persen pada 2016. Inggris pun akan mengeluarkan rilis pertumbuhan ekonomi kuartal II pada Rabu pekan ini.
Advertisement
Analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi tumbuh sekitar 0,5 persen, sementara ekonomi Inggris dari 3,2 persen menjadi 3,1 persen. (Ahm/ndw)