Sukses

The Fed: Pemilu AS Timbulkan Ketidakpastian Bagi Dunia Usaha

Pemilihan umum Amerika Serikat mempengaruhi dunia usaha di AS.

Liputan6.com, Nusa Dua - Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan menggelar pemilihan umum pada November 2016. Bank sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) menyebutkan hal itu mempengaruhi dunia usaha.

"Pemilu tahun ini menimbulkan ketidakpastian bagi dunia usaha. Investasi cenderung lebih lemah ketika ketidakpastian naik karena ini menciptakan persepsi negatif bagi perusahaan untuk menunda keputusan sampai ketidakpastian teratasi. Saya berharap tetap bisnis investasi untuk mulai tumbuh lagi di semester II," ujar Presiden Federal Reserve Bank of New York William Dudley, saat seminar Bank Indonesia-Federal Reserve Bank of New York Joint International Seminar, di Nusa Dua, Bali, Senin (1/8/2016).

Dudley menuturkan, investasi lemah itu terlihat pada kuartal II 2016. Apalagi cuaca juga turut mempengaruhi aktivitas masyarakat dan harga komoditas yang jatuh. Di tengah investasi lemah, Dudley menyatakan kalau pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat masih lebih baik dari Jepang dan Eropa. Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi AS mencapai dua persen untuk 18 bulan ke depan.

'Ekonomi akan terus tumbuh yang dibantu dari konsumsi, dan kebijakan fiskal sehingga menimbulkan stimulasi. Kami juga mengantisipasi investasi akan tumbuh dari penurunan yang terjadi pada kuartal II, kata dia.

Sementara itu, Ekonom PT Bank Permata Tbk Joshua Pardede menuturkan, para analis telah membuat analisa mengenai dampak pemilihan umum AS. Apalagi ini juga memperhitungkan salah satu calon presiden terutama dari partai republik.

Joshua menuturkan, calon presiden AS dari partai republik cenderung akan menurunkan pajak. Hal ini akan membuat defisit anggaran AS melebar sehingga menaikkan utang. Padahal ada debt ceiling atau plafon utang yaitu batas maksimum total utang jumlah uang yang dapat dipinjam oleh pemerintah AS. Debt ceiling itu pun ditentukan oleh kongres AS. Sentimen itu, menurut Joshua akan mempengaruhi ke pasar keuangan Indonesia.

"Kalau fiskal AS naik lagi maka investor mengalihkan dana ke safe haven. Ini berdampak jangka pendek di pasar keuangan antara lain ke saham dan rupiah," jelas dia. (Ahm/)