Liputan6.com, Jakarta - Pemberlakuan program tax amnesty dikhawatirkan membuat harga properti menjadi tak wajar (bubble).Bukan tanpa alasan, pemberlakuan tax amnesty akan memicu derasnya pembelian pada properti dan secara otomatis akan menaikan harga. Lantas, bagaimana tanggapan pengembang?
Direktur Utama PT PP Properti Tbk (PPRO) Taufik Hidayat mengatakan, harga properti bakal tetap wajar mengingat pembelian properti saat ini lebih untuk pemenuhan kebutuhan dan bukan aksi spekulasi investor.
"Buble kalau kejadian sekian tahun lalu, yang mana orang melakukan spekulasi tapi sekarang kalau kita lihat backlog. Dan realisasi transaksi kami mostly memang end user kalau investor tidak terlalu banyak," kata dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (2/8/2016).
Advertisement
Baca Juga
Lebih lanjut dia mengatakan perseroan siap menarik dana dari tax amnesty. Dia mengatakan, perseroan memiliki sejumlah properti yang ditujukan untuk kelas menengah atas.
"Kalau kita bicara orang memanfaatkan bisnis properti, bagaimana memanfaatkan tax amnesty. Berarti mainan di midle up, maka kita akan launching Grand Kamala Lagoon, akan launching tower 3 kelasnya midle up," ujar dia.
Untuk diketahui, PPRO membukukan pendapatan Rp 973,77 miliar pada semester I 2016 atau naik 35 persen dibanding realisasi semester I tahun lalu Rp 719,82 miliar. Perseroan membukukan laba bersih Rp 157,21 miliar pada semester I 2016 naik dari periode yang sama sebelumnya Rp 141,64 miliar.
Sebelumnya, PP Properti menargetkan bisa miliki aset sekitar Rp 12,4 triliun pada 2019, atau meroket lebih dari dua kali lipat dibandingkan posisi aset pada 2015 sebesar Rp 5,3 triliun. Pertumbuhan aset tersebut ditopang terus bertambahnya proyek-proyek baru yang dikembangkan perseroan.
Sejumlah proyek yang sedang dan akan dikembangkan PP Properti antara lain, Payon Amartha Semarang, Amartha View Semarang, Pavillion Permata 2 Surabaya, Grand Kamala Lagoon, Grand Sungkono Lagoon, Grand Dharmahusada Lagoon, Gunung Putri Square Bogor, The Ayoma Apartement Serpong, serta dua proyek joint venture di kawasan Industri Jababeka dan Sentul City.
"Seluruh proyek-proyek tersebut telah mulai dikerjakan sejak 2015, sedangkan dua proyek joint venture di Jababeka dan Sentul City akan mulai kami bangun pada 2017," ungkap Taufik. (Amd/Gdn)