Sukses

Produksi LNG Tangguh Train 3 untuk Terangi Papua

Sekitar 75 persen dari produksi LNG tahunan Train 3 kepada PLN. Hal itu untuk mendukung program 35 ribu MW.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengalokasikan gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) yang berasal dari kilang LNG Train 3 untuk program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW) dan menerangi Papua dan Papua Barat.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan,‎ proyek pengembangan Tangguh akan menambahkan satu fasilitas proses LNG baru dan tambahan kapasitas produksi LNG sebesar 3,8 juta ton per tahun (metric ton per anum/ mtpa), sehingga kapasitas total kilang LNG Tangguh menjadi 11,4 mtpa.

"Proyek ini juga akan menambahkan dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga pemuatan LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya," kata Amien, di kantor SKK Migas, Jakarta, Rabu (3/8/2016).

Amien menuturkan, proyek ini juga akan menjadi bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan energi Indonesia yang kian meningkat. Lantaran 75 persen dari produksi LNG tahunan Train 3 kepada PT PLN (Persero) guna mendukung program pemerintah 35.000 megawatt (MW).

Selain itu, proyek tersebut juga akan memenuhi kebutuhan gas bagi kelistrikan Papua Barat hingga 20 juta kaki kubik (mmscfd).

‎Sedangkan sisa volume  produksi lainnya telah dikontrak oleh Kansai Electric Power Company dari Jepang sebagai pembeli utama lain untuk Train 3.

"Saya sendiri mendapat pesan dari gubernur Papua dan Papua Barat bahwa apapun yang terjadi tahun 2020 listrik harus nyala di Papua atau Papua Barat. Karena tahun ini PON akan diselenggarakan di sana," tutur Amien.

Proyek Pengembangan Tangguh juga akan membawa efek ganda besar bagi Indonesia dan Papua Barat antara lain dengan mendukung pertumbuhan perekonomian dan penyediaan 10.000 kesempatan kerja selama masa proyek.

2 dari 2 halaman

Proyek 35 Ribu Mw

Proyek 35 Ribu Mw

Sementara itu, terkait proyek listrik 35 ribu Mega Watt (MW) yang ditargetkan rampung pada 2019 bakal sulit terpenuhi. Ini antara lain karena belum selesainya tender beberapa proyek, seperti PLTMG Scattered Riau 180 MW dan PLTMG Pontianak berkapasitas 100 MW.

Hingga batas akhir penyerahan dokumen tender pada 26 Juli, tak ada satu pun peserta tender yang mendaftar atau memasukkan dokumen lelang.

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menyayangkan sepinya peminat PLTMG Pontianak dan Scattered Riau ini. "Padahal sudah melalui proses panjang, tiga kali bolak-balik, tetap sepi peminat,” jelas dia.

Menurut dia, ini menambah ini daftar terganjalnya kembali proyek 35 ribu MW, yang menjadi target Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) “Diawali pembatalan tender PLTU Jawa 5 berkapasitas 2 x 1.000 MW,” jelas Yusri.

Menurut dia, ada kesan PLN tak mau repot-repot membantu pengembang atau investor IPP. Ini karena PLN mewajibkan pasokan gas untuk dua pembangkit tersebut yang harus disediakan peserta tender.

Ini berbeda dengan kondisi di tender lain, seperti Proyek IPP Jawa-1. Di mana PLN mengambil tanggung jawab pengadaan gas. Ke‎bijakan PLN di proyek Jawa-1 dinilai sudah sangat baik dan seharusnya berjalan dengan konsisten.

Yusri meminta PLN harus memiliki konsep yang jelas dan tidak membingungkan para investor pengembang IPP. Meski diakui
PLN tidak mempunyai kapasitas dan kemampuan handal dalam penyediaan energi seperti batu bara, BBM dan gas serta sumber energi alternatif lainnya secara berkelanjutan.

Namun hal tersebut tidak boleh menjadi alasan bagi PLN untuk mengalihkan tanggung jawab penyediaan sumber energi ke para pengembang IPP. "Tentu kebijakan ini akan menyulitkan pihak swasta yang akan ikut partisipasi di wilayah yang sulit dapat sumber energi khususnya gas, seperti halnya di Kalimantan Barat," jelasnya.‎(Pew/Ahm)

Video Terkini