Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Koordinasi Nasional VII Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) 2016. Rapat koordinasi tersebut dibuka oleh Gubernur BI Agus Martowardojo dan diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Â
Dalam sambutannya, Agus Martowardojo mengatakan, tingkat inflasi pada 2015 berhasil dicapai di level 3,35 persen (year on year). Angka ini berada pada rentan sasaran pemerintah 4 plus minus 1 persen.
"Capaian ini hasil kerja keras kita bersama. Kami apresiasi upaya pemerintah, pemda terutama dalam kebijakan peningkatan produksi dan pengelolaan distribusi pangan sehingga volatile food bisa terjaga 4,84 persen (yoy), jauh lebih rendah dari inflasi pada 2014 yang sebesar 10,88 persen. bahkan dibanding rata-rata historis 4 tahun terakhir mencapai 7,49 persen," ujar dia di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (4/8/2016).
Agus menjelaskan, program yang dikeluarkan oleh pemerintah dianggap efektif dalam mengendalikan laju inflasi. Sebagai contoh adanya reformasi subsidi energi sejak 2014.
Baca Juga
Selain itu juga dengan ada pembukaan lahan pertanian baru yang diinisiasi Kementerian Pertanian, sinergi program maritim dengan tol laut yang diinisiasi Kementerian Perhubungan. Pembangunan waduk infrastruktur jalan oleh Kementerian PUPR serta berbgai upaya deregulasi kebijakan.
Selain itu, lanjut Agus, ada juga program di daerah yang membantu persoalan harga jangka pendek ataupun secara struktural. Contohnya, di Aceh dengan optimalisasi tempat pelelangan ikan dan memperkuat media penyimpanan dengan cold storage.
"Di Jawa Timur, distributor bahan pangan dan efisiensi biaya angkutan di seluruh Jawa Timur. TPID juga berhasil mengefisiensikan rantai komoditi cabai merah, kerja sama pasokan daging sapi dari NTT ke Jakarta memanfaatkan tol laut. Langkah Pemda Pangkal Pinang menghapus Perda yang kurang mendukung keterjangkauan harga," jelas dia.
Selain itu, kata Agus, tren penurunan inflasi juga terus berlanjut sampai Juli 2016. Dalam 7 bulan pertama, IHK baru sebesar 1,76 persen. Bahkan inflasi saat puasa dan Lebaran terkendali yaitu 0,66 persen dan 0,69 persen. Angka ini lebih rendah dari rata-rata historis inflasi puasa dan Lebaran 5 tahun terakhir yang 1,28 persen dan 0,78 persen.
Agus menuturkan, kondisi tersebut terjadi hampir di seluruh daerah berbagai upaya menambah pasokan secara serempak mampu mengatasi lonjakan permintaan yang merata hampir di seluruh daerah.
"Beda dengan periode-periode sebelumnya kegiatan pasar murah hanya komoditi reguler, tetapi juga pada komoditi yang berpotensi menjadi penyumbang inflasi. Misalnya pasar murah telur ayam di Padang, pasar murah cabai merah di Banten dan operasi pasar oleh Bulog serempak di daerah," ujar dia.
Advertisement