Sukses

Pertamina Tunggu Arahan Pemerintah soal Bangun Kilang di Laut

Kementerian ESDM akan tawarkan ke badan usaha untuk membangun kilang mini.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) ‎masih menunggu arahan pemerintah untuk menggarap pembangunan fasilitas pengelolaan minyak (kilang) mini di tengah laut Blok minyak dan gas (migas) East Natuna.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, sebagai badan usaha nasional Pertamina akan mengikuti‎ keputusan Pemerintah. Saat ini masih menunggu arahan pembangunan kilang mini tersebut.

"Kami tentunya menunggu apa yang jadi arahan dan keputusan pemerintah," kata Wianda, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Senin (8/8/2016).

Untuk membangun kilang mini, Kementerian Energi ‎Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menawarkan ke badan usaha. Namun, menurut Wianda sampai saat ini Pertamina belum mendapat tawaran tersebut. "Hingga saat ini belum ada penawaran tersebut," ujar Wianda.

Pemerintah berencana membangun fasilitas pengolahan minyak (kilang) mini berkapasitas 20 ribu barel per hari di Natuna. Hal tersebut merupakan bentuk  pengembangan sektor  migas di Blok East Natuna.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, infrastruktur ini akan dibangun di tengah laut dengan investasi lebih dari Rp 250 miliar. Apabila terwujud,  maka Indonesia menjadi negara pertama yang membangun kilang minyak mini di tengah laut.

"Investasi untuk pembangunan kilang minyak mini ini, pada awalnya akan ditawarkan kepada badan usaha. Apabila tidak ada yang berminat, maka pembangunan kilang akan menggunakan dana Pemerintah," ujar Wiratmaja.

‎Wiratmaja menuturkan, kapasitas kilang minyak mini ini, disesuaikan dengan produksi minyak Blok East Natuna yang diperkirakan sekitar 7 ribu sampai 15 ribu barel per hari.  Kilang minyak mini akan dibangun di tengah laut di ujung kepulauan Natuna.  Selain agar dapat digunakan bersama-sama dengan blok migas lainnya, pembangunan kilang juga dilakukan demi kedaulatan negara.

Wiratmaja mengungkapkan, teknologi yang akan digunakan untuk membangun kilang mini di tengah laut tersebut   telah tersedia. Namun Ia mengakui, belum ada negara yang membangun kilang minyak mini di tengah laut karena biayanya yang relatif mahal. Terutama jika dibandingkan dengan pembangunan kilang di darat.

"Membangun kilang di tengah laut itu, keuntungannya kecil banget. Malahan mungkin tidak ada untung. Semakin besar kilang yang dibangun, semakin enak untuk profit," ujar Wiratmaja.

Seperti diketahui, Pemerintah berencana memproduksi lebih  dulu cadangan minyak di Blok East Natuna, baru kemudian gasnya. Diperkirakan diperlukan waktu 3 tahun agar kandungan minyaknya dapat berproduksi atau sekitar 2019. Minyak yang akan diproduksi ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di sekitar Natuna, antara lain untuk bahan bakar kapal TNI.

Blok East Natuna memiliki 2 level di mana level atas merupakan gas dan level bawah adalah minyak. Cadangan gas di East Natuna diperkirakan 4 kali lipat dari Blok Masela.

Untuk pengembangan gas ini, sedang dilakukan kajian teknologi dan market review oleh Pertamina yang memakan waktu 2 tahun. Namun Pemerintah telah meminta agar BUMN tersebut mempercepat waktunya menjadi 1,5 tahun sehingga tahun 2017 sudah dapat ditetapkan PSC yang baru.