Liputan6.com, New York - Harga emas naik lebih dari 1 persen seiring dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Hal itu terjadi lantaran harapan lebih rendah untuk kenaikan suku bunga acuan AS setelah data ekonomi lebih lemah.
Di pasar spot, harga emas naik 1,1 persen menjadi US$ 1.354,44 per ounce usai menguat 0,4 persen pada sesi sebelumnya. Harga emas AS menguat 1 persen ke level US$ 1.360,60 per ounce.
Platinum dan Palladium pun naik ke level tertinggi dalam satu tahun. Di pasar spot, Paladium naik 7,4 persen menjadi US$ 746,10 per ounce, dan ini level tertinggi sejak Juni 2015. Platinum naik 2,4 persen ke level US$ 1.177,80.
"Tren keseluruhan adalah positif untuk logam platinum. Ada pemogokan tambang dan masalah serikat buruh di Afrika Selatan mendukung harga platinum dan paladium," ujar trader di Hong Kong seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (11/8/2016).
Baca Juga
Platinum telah naik lebih dari 32 persen sepanjang tahun ini, dan ini diikuti oleh paladium yang sudah menguat sekitar 30 persen.
Sedangkan harga emas naik setelah laporan produktivitas pekerja Amerika Serikat (AS) jatuh secara kuartal tiga kali terturut-turut. Dengan penurunan tak terduga itu mengkonfirmasi kekhawatiran bank sentral AS atau the Federal Reserve kalau ekonomi tumbuh melambat. Hal ini dapat mengurangi kesediaan the Federal Reserve untuk naikkan suku bunga.
"Ini adalah perdagangan tanpa tren. Dengan dolar AS yang jatuh pelaku pasar akan melihat kenaikan jangka pendek untuk harga emas dan perak," ujar Jiang Shu, Analis Shandong Gold Group.
Adapun indeks dolar Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah mata uang utama turun 0,3 persen menjadi 95,891. (Ahm/Ndw)
Advertisement