Liputan6.com, Jakarta Pada era Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ini, Kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya sukses menggenjot produksi pangan, melainkan juga bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) membangun metode dan sistem pendataan pangan secara lebih baik. Hasilnya Indonesia menduduki peringkat kesatu dalam sistem pengelolaan data statistik pertanian di tingkat ASEAN, mengalahkan Philipina, Vietnam, Myanmar, Kamboja dan Laos.
Manajer Lembaga Pendidikan, Promosi dan Pelayanan Informasi Pangan, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Korea (The Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries/EPIS), Mr. Sanghun Lee dalam pertemuan rutin para Focal Point Asean Food Security Information Systems (AFSIS) di Bangkok pada tanggal 1-2 Agustus 2016 menyampaikan penilaian tersebut dilakukan EPIS terhadap enam negara yang selama ini terlibat aktif dan bekerjasama mengembangkan sistem pengelolaan statistik pertanian di tingkat ASEAN.
Menurutnya, indikator penilaian mencakup tiga aspek, pertama pengembangan statistik pertanian. Kedua, tingkat pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data secara online. Ketiga, aspek penyajian hasilnya.
Indonesia telah mengembangkan metode survei lebih dari 20 jenis statistik pertanian, pengumpulan data tidak hanya off-line tetapi juga secara on-line serta hasilnya disajikan secara transparan melalui website.
Negara Korea memberi apresiasi terhadap kinerja Indonesia tersebut dan mendukung upaya-upaya pengembangan lebih lanjut pada masa mendatang. Selanjutnya berharap agar ditingkatkan kerjasama hingga tahun 2022.
FAO juga menilai Indonesia juga merupakan salah satu negara di kelompok G20 yang masuk ke dalam Green Group mengalahkan beberapa negara maju seperti Cina, Jepang dan Korea dalam kontribusinya terhadap sharing data pangan untuk Sistem Informasi Pasar Komoditas Pertanian yang dikelola oleh FAO melalui Information Group Agricultural Market Information System (AMIS). Penilaian tersebut dilakukan berdasarkan tingkat konsistensi dan kontinuitas dalam melakukan penyajian dan peramalan data pangan.
Terkait Pencapaian ini, Ekonom dari Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), Sugiyono menilai adanya kemajuan Indonesia dalam membangun statistik pertanian. Ini ditandai dengan kemudahan dalam mengakses data yang diperlukan.
"Saya sebagai pengamat membutuhkan informasi data tersebut lebih mudah diakses," ujar Sugiyono di Jakarta, Selasa (9/8).
Sugiyono menegaskan, kebijakan pemerintah untuk membenahi data pangan dan membangun satu data dan satu peta, memang sudah mendesak untuk dilakukan. Ia melihat BPS dan Kementan tengah bekerja keras meningkatkan kualitas data pangan dan membangun sistem onlinenya.
Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir memberikan apresiasi terhadap kemajuan statistik pertanian saat ini. Untuk itu, ia berharap agar data yang akurat dan up to date dapat digunakan dalam pengambilan keputusan secara cepat dan tepat sehingga pertanian semakin maju dan petaninya lebih sejahtera.
Berdasarkan Informasi Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementan, selama ini Kementan bekerjasama intensif dengan BPS memperbaiki kualitas data statistik. Di antaranya, pertama, sudah dikembangkan sistem Short Message Service (SMS) melalui handphone untuk pelaporan luas tambah tanam padi secara harian dari setiap kecamatan dan kabupaten/kota dan hasil SMS langsung dimonitoring online melalui website, sehingga setiap ada lokasi tanam harian dapat dimonitor dari provinsi dan pusat.
Kedua, monitoring luas tanam dan panen padi menggunakan satelit citra landsat-8 yang lebih akurat di seluruh Indonesia bersama LAPAN. Ketiga, melakukan ground-cek dan verifikasi luas tanam dan panen menggunakan metode grid squere berbasis peta kerja citra satelit resolusi sangat tinggi dari LAPAN.
Keempat, melakukan pendataan stok gabah/beras di penggilingan. Kelima, melakukan sistem pendataan stok penggilingan. Dan keenam, melakukan audit dan pemetaan lahan, pemetaan sistem perbenihan, audit jaringan irigasi dan lainnya.
Disamping itu, Kementan dengan BPS juga mengembangkan metode statistik dan sistem online untuk berbagai kegiatan pendataan dan survei. Pertama, untuk pendataan cabai, bawang merah, sapi, tebu, dan lainnya. Kedua, survei tata niaga jagung, kedelai, ubi kayu. Ketiga, pendataan rumah potong hewan. Keempat, informasi harga harian baik tingkat petani dan eceran. Kelima, sistem online manajemen mencakup sistem e-planning, e-procurement, pengadaan secara elekronik dan e-katalog, perijinan secara online, e-personal tertintegrasi pengelolaan kepegawaian, aset dan keuangan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas manajemen informasi di Kementan, saat ini dikembangkan kebijakan “Satu Data dan Satu Peta”. Kebijakan ini meliputi, pertama, mengembangkan infrastruktur jaringan, multimedia dan kecepatan akses internet. Kedua, mengembangkan e-personal yang mengintegrasikan seluruh sistem elektronik (e-goverment) mencakup manajemen kepegawaian, perlengkapan/aset, keuangan, persuratan, arsip, absensi dan lainnya. Ketiga, mengintegrasikan data teknis pertanian di luar data yang diterbitkan BPS dengan pembagian tugas unit Eselon-I sebagai wali data dan Sekretariat Jenderal dalam hal ini Pusdatin sebagai Unit kliring data.
Indonesia Peringkat Kesatu Statistik Pertanian Tingkat ASEAN
Kementan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) membangun metode dan sistem pendataan pangan secara lebih baik.
Advertisement
Kredit