Sukses

Penguatan Dolar AS Tekan Harga Emas

Harga emas untuk pengiriman Desember ditutup turun 0,1 persen ke angka US$ 1.350 per troy ounce.

Liputan6.com, New York - Harga emas berbalik arah ke zona negatif pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Penurunan harga emas karena tekanan yang cukup kuat dari penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Wall Street Journal, Jumat (12/8/2016), harga emas untuk pengiriman Desember ditutup turun 0,1 persen ke angka US$ 1.350 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Di awal perdagangan, harga emas sempat menyentuh level US$ 1.359 per troy ounce.

Harga logam mulia ini tertekan cukup dalam setelah Departemen Tenaga Kerja AS mengeluarkan data yang cukup positif. Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran mengalami penurunan menjadi 266 ribu orang dari sebelumya 269 ribu orang.

Dengan membaiknya data tersebut menjadi pendorong rencana kenaikan suku bunga yang akan dibuat oleh Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) sebelum akhir tahun ini. Sebelumnya harga emas terus menguat karena The Fed tak segera menjalankan kebijakan moneter tersebut.

"Ada banyak harapan di emas sebelum keluarnya data tenaga kerja tersebut. Tapi kemudian tampaknya harapan tersebut harus mereda," jelas Bob Haberkorn, analis senior RJO Futures.

Pada akhir tahun lalu The Fed telah menaikkan suku bunga. Kebijakan moneter tersebut rencananya akan berlanjut pada tahun ini. Namun sampai tengah tahun ini Bank Sentral AS tak segera merealisasikan kebijakan tersebut.

Tak kunjung naiknya suku bunga The Fed ini menjadi tenaga bagi emas untuk terus mencetak rekor tertinggi. Langkah The Fed menahan suku bunga ini akan membuat dolar AS melemah dan mendorong kenaikan harga emas. Gerak emas memang selalu berlawanan arah dengan nilai tukar dolar AS.

Kebalikannya, jika persepsi pasar menunjukkan bahwa kemungkinan besar akan terjadi kenaikan suku bunga The Fed maka dolar AS akan menguat dan menekan harga emas.

Kenaikan bunga The Fed juga membebani emas karena logam mulia ini harus bersaing dengan instrumen investasi lain seperti obligasi yang memberikan dua keuntungan kepada investor. Selain kenaikan harga, obligasi juga memberikan bunga.

Sentimen lain yang akan mempengaruhi harga emas dalam waktu dekat ini adalah angka penjualan ritel di AS. Jika angka penjualan tersebut membaik maka akan menekan lebih dalam harga emas. (Gdn/Ndw)