Sukses

Anggaran Terpangkas, Target Pertumbuhan Ekonomi RI Sulit Tercapai

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)

Liputan6.com, Jakarta - Pemotongan anggaran sebesar Rp 133,8 triliun yang akan dilakukan oleh pemerintah dinilai bakal berdampak pada pertumbuhan ekonomi pada 2016.‎ Lantaran selama ini pertumbuhan ekonomi banyak ditopang oleh alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir mengatakan, ‎sebenarnya pemerintah tidak perlu sampai melakukan pemotongan anggaran. Namun pemerintah harus mengefektifkan penyerapan anggaran sehingga tidak ada anggaran ‎tidak jelas penggunaannya.

"Selama ini pertumbuhan ekonomi (PE) ditopang oleh APBN yang terus bertambah. Sebetulnya kita bisa patok. Kita paksakan efektivitas menyentuh ke mana. Kalau orientasi ekspor. Kita perkuat itu," ujar dia di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Selasa (16/8/2016).

Hafisz mengungkapkan, jika pemotongan anggaran ini sampai menyentuh ke alokasi dana ke daerah, maka dampaknya akan lebih buruk lagi. ‎Sebab, pemotongan ini akan langsung dirasakan oleh daerah sehingga mengganggu jalannya pembangunan.

‎"Kalau kemarin tanpa dipotong transfer daerah, di APBD defisit di Kalimantan, Sumatera. Dengan dipotong Rp 67 triliun untuk transfer daerah coba bayangkan ada 34 provinsi rata-rata Rp 2 triliun akan dipotong. Kebayang tidak pembangunan seperti apa yang akan dikerjakan para Gubernur. Ini yang pengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi," kata dia.

Oleh sebab itu, jika pemerintah melakukan pemotongan anggaran, lanjut ‎Hafisz, maka target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen dalam APBN-P 2016 akan semakin sulit untuk dicapai.

"Maka (target pertumbuhan ekonomi) 5,2 persen dari pemerintah sangat berat apalagi melihat defisit," ujar dia. (Dny/Ahm)