Liputan6.com, Jakarta - Besar pasak daripada tiang yang terjadi pada postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 mengakibatkan realisasi defisit fiskal mencapai Rp 262,5 triliun sejak Januari-5 Agustus 2016. Realisasinya sudah 88,5 persen dari target yang dipatok hingga akhir tahun Rp 296,7 triliun.
Dari keterangan resmi Kementerian Keuangan yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Selasa (16/8/2016), realisasi pendapatan negara dan hibah 43,4 persen sebesar Rp 775,2 triliun sampai dengan awal minggu pertama Agustus ini.
Sedangkan dari pos belanja negara, terealisasi Rp 1.037,6 triliun atau sebesar 49,8 persen dari pagu APBN-P 2016 sebesar Rp 2.082,9 triliun sehingga terjadi defisit Rp 262,5 triliun atau 2,08 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah dan DPR sebelumnya mematok defisit fiskal 2,35 persen dari PDB atau Rp 296,7 triliun.
Advertisement
Untuk menutup lubang defisit ini, Kemenkeu sudah mengeksekusi pembiayaan 100,8 persen atau Rp 299,2 triliun sampai dengan 5 Agustus ini. Rinciannya dari utang Rp 303,3 triliun dan non utang negatif Rp 4,1 triliun.
Realisasi utang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sebesar Rp 326,6 triliun, penarikan pinjaman dalam negeri Rp 0,4 triliun dan utang luar negeri negatif Rp 23,7 triliun.
Penerbitan SBN secara gross mencapai Rp 501,3 triliun atau 82 persen dari target APBN-P 2016 sebesar Rp 611,4 triliun. Penerbitan SBN gross termasuk penerbitan SBN valas sebesar Rp 142,4 triliun atau setara dengan US$ 10,5 miliar.
Penerbitan SBN gross sejalan dengan strategi front loading untuk memanfaatkan tingginya likuiditas, membiayai realisasi defisit APBN yang cukup besar sejak awal tahun, membiayai utang jatuh tempo atau dibeli kembali (buyback). Adapun jumlah SBN jatuh tempo buyback mencapai Rp 175,3 triliun.
Berdasarkan hasil realisasi defisit anggaran dan pembiayaan, maka pelaksanaan APBN sampai dengan 5 Agustus terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 36,7 triliun.