Liputan6.com, New York - Harga emas naik tipis pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Sebelumnya harga emas terus bergerak di dua arah. Pendorong kenaikan harga emas adalah keluarnya risalah pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang menyatakan perlu adanya tanda-tanda yang lebih pasti untuk menaikkan suku bunga.
Mengutip CNBC, Kamis (18/8/2016), harga emas di pasar spot naik 0,03 persen ke angka US$ 1.346,11 per ounce. Di awal perdagangan, harga emas sempat jatuh 0,6 persen menjadi US$ 1.337,22. Namun setelah risalah keluar harga emas kemudian meningkat 0,4 persen.
Advertisement
Baca Juga
Hasil pertemuan The Fed menunjukkan bahwa beberapa anggota dewan gubernur menyatakan bahwa angka tenaga kerja sudah sesuai dengan target sehingga bisa menaikkan suku bunga segera. Namun beberapa anggota lainnya memilih untuk menunggu sinyal yang lebih jelas untuk menaikkan suku bunga.
"Kami melihat belum ada yang cukup yakin bahwa suku bunga bisa naik pada September ini," kata Bill O'Neill, pendiri LOGIC Advisors. Ia melanjutkan, The Fed tidak bisa dengan tiba-tiba masuk ke mode agresif dan menaikkan suku bunga dengan cepat. Masih ada begitu banyak ketidakpastian ke depannya.
Harga emas memang sangat sensitif dengan kenaikan suku bunga. Jika bunga naik maka emas harus bersaing dengan instrumen investasi lain yang memberikan keuntungan bunga.
"Para pejabat The Fed tidak berada di kesimpulan yang sama," jelas analis senior RJO Futures, Bob Haberkorn. Keragu-raguan akan pertumbuhan ekonomi AS yang ditambah dengan belum pulihnya pertumbuhan ekonomi global menjadi pemberat rencana kenaikan suku bunga The Fed sehingga sedikit menguntungkan bagi emas. (Gdn/Zul)