Sukses

Jurus Menteri Susi Genjot Produksi Rumput Laut di Natuna

Produksi rumput laut mencapai 9,9 juta ton pada 2015 atau mengalami kenaikan 18,84 persen per tahun

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti akan mengembangkan budidaya rumput laut sebagai komoditas unggulan melalui Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut.  

Berdasarkan data Kementerian KKP, pada 2015, produksi rumput laut mencapai 9,9 juta ton atau mengalami kenaikan 18,84 persen per tahun. Sementara di periode 2011, produksi rumput laut 5,2 juta ton.

Data ini membuktikan bahwa rumput laut sangat bisa diandalkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat pesisir. Selain karena cara budidayanya yang cukup mudah dan murah, pasarnya terbuka lebar.

“Pengembangan budidaya rumput laut secara sinergi dan simultan dari hulu dan hilir, merupakan bagian dari visi misi pembangunan Kabinet Kerja untuk mendorong laut sebagai sumber ekonomi bangsa di masa depan,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (21/8/2016).

Kabupaten Natuna, merupakan salah satu dari 15 Kabupaten terdepan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan menjadi PSKPT di 2016 ini. Kebijakan ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti untuk mendorong percepatan pengembangan ekonomi di Kabupaten Natuna, khususnya di sektor kelautan dan perikanan.

Slamet menjelaskan, potensi lahan budidaya rumput laut di Kabupaten Natuna mencapai 4.757,5 hektare (ha) dan baru termanfaatkan sekitar 56 ha atau 0,01 persen.

Padahal apabila lahan tersebut dimanfaatkan secara optimal, maka produksi rumput laut dari Kabupaten Natuna bisa mencapai sekitar 150 ribu ton basah atau 22 ribu ton kering per tahun. Nilainya Rp 176 miliar per tahun.

Untuk mendorong pengembangan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Natuna, KKP melalui DJPB mengalokasikan bantuan baik berupa kebun bibit maupun budidaya rumput laut.

“Untuk kebun bibit rumput laut seluas 2,5 ha, kita dukung dengan bibit unggul kultur jaringan (kuljar) yang terbukti tumbuh lebih cepat, tahan terhadap perubahan salinitas dan kadar caragenannya lebih tinggi," papar Slamet.

Sedangkan untuk budidaya rumput laut, sambungnya, sedang dibangun paket percontohan budidaya rumput laut seluas 58 ha, yang akan dikelola oleh sekitar 20 kelompok atau 200 pembudidaya.

Kata Slamet, ada tujuh jurus agar budidaya rumput laut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Pertama adalah menggunakan bibit dari tallus yang terbaik. Kedua, disiplin panen pada usia 40-45 hari. Ketiga, tidak menggunakan pupuk atau probiotik atau bahan pemacu pertumbuhan, keempat, mengupayakan mencari kawasan budidaya yang baru untuk rotasi penanaman.

Kelima, harus menjaga lingkungan pantai dari sampah. Keenam, tidak menjemur rumput laut di pasir dan dijaga dari bahan-bahan yang menempel lainnya. Terakhir, segera menutup rumput laut yang sedang dijemur dengan plastik atau terpal jika turun hujan.

"Dengan menerapkan jurus ini, budidaya rumput laut akan berhasil dan berlanjut untuk mendukung peningkatan produksi dan kualitasnya," ujar Slamet

Dalam rangka mendukung pemasaran hasil budidaya rumput laut, KKP menggandeng PT. Perindo sebagai pembeli hasil rumput laut para pembudidaya. Tentunya dengan kualitas bagus, kuantitas memadai dan harga yang telah disepakati.  

Untuk itu, DJPB telah menyusun masterplan budidaya rumput laut di wilayah Kabupaten Natuna ini seluas 485 ha. Diharapkan dengan zonasi atau klasterisasi, panen rumput laut dapat dilakukan secara bergilir dan berkelanjutan serta dapat memenuhi kebutuhan pasar.

"Butuh peranan dari Pusat Komando Angkatan Laut (POSKODAL) Ranai, dalam membina para pengebom ikan untuk beralih ke usaha budidaya rumput laut dan budidaya ikan di KJA. Karena ini adalah wujud kerjasama dan sinergi yang nyata di lapangan”, tutur Slamet. (Fik/Ndw)