Sukses

Rupiah Kembali Melemah, Kebijakan Fiskal Jadi Fokus Investor

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal perdagangan Selasa pagi ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal perdagangan Selasa pagi ini. Pelemahan rupiah seirama dengan pelemahan mata uang Asia lainnya. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (23/8/2016) rupiah dibuka di level 13.212 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.226 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.201 per dolar AS hingga 13.235 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 4,16 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dibuka melemah. Pada Selasa (23/8/2016), rupiah dipatok di angka 13.216 per dolar AS. Sedangkan pada patokan sehari sebelumnya, rupiah berada di 13.197 per dolar AS.

Rupiah memang terus melemah sejak awal pekan. Pelemahan juga terjadi dengan mata uang Asia lainnya. Spekulasi kebijakan Bank Sentral AS menjadi sentimen yang menekan rupiah.

Pada Kamis pekan ini bakal diadakan pertemuan seluruh pejabat bank sentral di Jackson Hole. Dalam pertemuan tahunan ini biasanya Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen memberikan sinyal-sinyal kebijakan yang akan diambil The Fed.

"Kali ini pasar melihat kemungkinan besar The Fed belum akan membeli sinyal di Jackson Hole. Dengan begitu ada kemungkinan besar dolar AS menguat terus," jelas Analis Royal Bank of Scotland Group Plc, Singapora, Mansoor Mohi-uddin.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah melemah bersama dengan kurs lain di Asia hingga Senin sore. Dalam beberapa hari terakhir, terlihat pelemahan rupiah yang lebih dalam dibanding kurs rekan dagang menandakan peran serta sentimen negatif domestik.

Pasca kebijakan moneter, saat ini fokus tertuju pada kebijakan fiskal. Pencapaian tax amnesty serta rencana penghematan APBN menjadi yang utama selain usaha-usaha pemerintah lain untuk mendulang pendapatan pajak.

"Rupiah berpeluang kembali melemah hari ini dengan harga minyak yang turun cukup tajam semalam," jelas dia. (Gdn/Zul)