Liputan6.com, New York - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), setelah di sesi awal perdagangan sempat tertekan. Pendorong penguatan harga minyak adalah adanya indikasi bahwa Iran mungkin akan bekerja sama dengan negara-negara eksportir minyak lainnya untuk berusaha menjaga harga minyak kembali turun.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (24/8/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Oktober ditutup naik 69 sen atau 1,5 persen ke angka US$ 48,10 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan global, naik 80 sen atau 1,6 persen, ke US$ 49,96 per barel di ICE Futures Europe.
Advertisement
Baca Juga
Sumber Wall Street Journal menyebutkan bahwa Iran mengirim surat kepada organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) beberapa waktu lalu. Dalam surat tersebut Iran bersedia untuk hadir dalam pertemuan informal pada September mendatang yang berlangsung di Aljazair.
14 negara pengekspor minyak akan bertemu pada September mendatang untuk membahas kesepakatan pengontrolan produksi. Sebelumnya Rusia telah menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama. Namun para analis tak terlalu yakin dengan pernyataan dari Rusia tersebut.
"Dengan adanya rencana dari Iran untuk ikut berunding maka membuat kemajuan dari pertemuan-pertemuan sebelumnya," jelas Senior Partner Commodity Research Group, Andy Lebow.
Dengan adanya pertemuan yang rencananya dihadiri oleh negara yang tergabung dalam OPEC dan juga negara non OPEC ini menjadi sinyal yang kuat untuk mencegah penurunan harga minyak ke level yang rendah lagi. Di awal tahun ini, harga minyak sempat menyentuh level US$ 30 per barel.
Dengan adanya rencana Iran untuk ikut dalam pertemuan ini bisa menjaga harga minyak berada di atas US$ 40 per barel.
Selama ini Iran memang belum mau bersepakat dengan OPEC. Pada pertemuan yang berlangsung April lalu, Iran menolak untuk berpartisipasi dalam kesepakatan potensial untuk menahan produksi. Iran terus mendorong produksi sejak sanksi internasional dicabut pada awal tahun.
Banyak analis berharap pertemuan September nanti bisa membuahkan hasil yang positif. Namun banyak juga analis yang sanksi pertemuan nanti bisa mendorong kenaikan harga minyak. (Gdn/Nrm)