Sukses

Jeroan Impor Berbahaya buat Kesehatan? Ini Kata Kementan

Kementerian Pertanian membantah tudingan jeroan impor memiliki kandungan yang berdampak negatif terhadap kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) membantah tudingan jeroan impor memiliki kandungan yang berdampak negatif terhadap kesehatan. Tudingan tersebut menyatakan jeroan yang diimpor mengandung kolesterol yang tinggi.

Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita, menilai anggapan tersebut keliru. Sebab, jeroan yang dibuka keran impor adalah hati sapi yang justru memiliki banyak kelebihan atau manfaat bagi tubuh manusia.

"Jika kita melihat dari satu sisi sudut pandang, mungkin pendapat itu ada benarnya. Namun kita seharusnya secara bijak melihat suatu produk itu secara utuh kemanfaatannya bagi tubuh manusia. Seperti halnya hati, sangat bermanfaat bagi tubuh manusia karena kandungan yang ada pada hati, seperti asam folat dan Fe yang sangat diperlukan tubuh dalam proses pembentukan sel darah merah, atau terutama bagi orang yang menderita anemia," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (24/8/2016).

Ketut menjelaskan meskipun salah satu fungsi hati adalah menetralisir racun, namun racun tersebut tidak disimpan di jaringan hati. Justru hati merupakan organ penyimpanan nutrisi penting seperti Vitamin A, D, E, K, B12, asam folat dan mineral seperti tembaga dan besi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.

Sepotong hati sapi 68 gram mengandung lemak dan lemak jenuh 6 persen, natrium 2 persen karbohidrat 1 persen, protein 40 persen, dan vitamin 2 persen, dari nilai harian yang dibutuhkan tubuh.

"Sejumlah nutrisi ini membuat hati sapi sangat layak untuk dikonsumsi dan bermanfaat bagi kesehatan manusia untuk mengatasi Anemia, menyehatkan otak dan meningkatkan daya ingat," kata dia.

Ketut menambahkan, manfaat hati sapi lainnya yakni sebagai sumber gizi pada masa kehamilan, perkembangan sistem syaraf, meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kemudian, hati sapi dapat mencegah kanker dan penyakit jantung, sumber energi dan menjaga kesehatan mata.

"Melihat nilai gizi yang demikian banyak pada hati, tentu tidak ada alasan untuk mengatakan hati itu lebih banyak dampak mudaratnya dari pada manfaatnya. Kandungan kolesterol pada hati memang tinggi, namun ketika dikonsumsi pada takaran yang tidak berlebih tentu bermanfaat bagi tubuh," lanjut dia.

Oleh karena itu, Ketut menegaskan yang diperlukan saat ini yaitu bagaimana berusaha bersama untuk mencerdaskan masyarakat dalam mengonsumsi pangan tertentu. Agar tidak terkesan malah menakut-nakuti masyarakat.

"Untuk itu saya ingin mengajak siapa saja, terlebih yang benar benar ahli tentang kesehatan untuk mengeluarkan pernyataan yang dapat menyejukkan hati masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman mengkonsumsi produk hewan. Terlebih misalnya ditunggangi oleh kepentingan kelompok tertentu, untuk keuntungan kelompok tersebut," tegas dia.

Ketut juga menuturkan, Kementan membuka impor jeroan setelah melakukan kajian dan pertimbangan secara matang. Impor jeroan ini sebenarnya merupakan salah satu pilihan yang sifatnya temporer untuk menstabilkan harga daging. Impor ini pun sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan daging di Jabodetabek, yang akhir-akhir ini menunjukkan tren meningkat.

"Tentu hal ini penting untuk memberikan pilihan lebih banyak kepada masyarakat kita dalam memilih jenis daging yang diinginkan. Kegiatan ini juga diikuti dengan pengawasan yang sangat ketat dari karantina dan Ditkeswan serta pemerintah daerah tujuan atau penerima," kata dia.

Menurut Ketut, dalam impor ratusan ribu ekor sapi bakalan selama ini justru membawa ribuan kilogram jeroan di dalam tubuh sapi tersebut ke Indonesia. Artinya, mengimpor sapi bakalan yang sebenarnya juga mengimpor jeroan. Namun isi jeroan hasil impor bakalan ini tidak pernah dipermasalahkan. Demikian juga dalam pemotongan sapi lokal.

"Inilah yang saya maksudkan bahwa masyarakat perlu kita cerdaskan bersama sesuai bidang keilmuan yang dimiliki. Kesungguhan Kementan dalam merespons kebutuhan pangan tentu dinilai oleh berbagai otoritas yang kompeten dibidangnya. Kita tidak akan memberi bantahan apa pun, jika hal itu dilakukan secara obyektif dan profesional," kata dia. (Dny/Gdn)

Video Terkini