Sukses

Sri Mulyani: Memalukan, Hanya 2 BUMN yang Masuk Fortune 500

BUMN, kata dia, mencerminkan aset yang bisa dibanggakan sebuah negara dan menjadi The True Player In The World.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati merasa kecewa bahwa dari ratusan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, hanya PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) yang berhasil menembus deretan 500 perusahaan terbesar di dunia versi majalah Fortune.

Sri Mulyani mengaku, Indonesia memiliki ukuran ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) senilai US$ 862 miliar. Dengan kinerja tersebut, Indonesia berada diperingkat 16 dunia negara dengan perekonomian terbesar dan masuk anggota G20. Bahkan, ia memperkirakan, ekonomi Indonesia akan menduduki ranking 7 besar dunia, sejajar dengan Amerika Serikat dan China pada 2030.

"Dari ukuran ekonomi kita nomor 16 besar dunia. Tapi dari size korporat cuma Pertamina dan PLN yang masuk Fortune 500, agak memalukan sih. Karena di 2030, ekonomi kita bisa main di liga AS dan China, tapi kalau tidak punya perusahaan atau BUMN yang merefleksikan size ekonomi kita yang besar, itu artinya ada yang salah," tegas Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (24/8/2016).

BUMN, kata dia, mencerminkan aset yang bisa dibanggakan sebuah negara dan menjadi The True Player In The World. Misinya bukan hanya sekadar berorientasi pada keuntungan, tapi juga sebagai agen pembangunan. Perusahaan pelat merah harus dikelola secara profesional, kompetitif, dan menciptakan kesejahteraan rakyat.

"Tapi saat bicara agen pembangunan, BUMN ujung-ujungnya minta injeksi modal terus. Jadi neracanya (keuangan) keropos. Padahal negara tetangga punya BUMN yang hebat, dan kenapa kita tidak bisa seperti mereka. Ini harus dipikirkan dengan matang, apa kita yang salah kelola, sehingga harus diperbaiki," tegasnya.

Diakui Sri Mulyani, kontribusi BUMN Indonesia terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp 220 triliun di 2015 yang berasal dari dividen dan lainnya.

"Sebenarnya saya ingin kontribusinya lebih besar, karena injeksi pemerintah sudah besar ke BUMN. Earning tidak apa tidak masuk APBN, asal dikelola bagus. Sedihnya kalau tidak dikelola dengan bagus," ujarnya.

Sebagai strategi menciptakan ukuran BUMN lebih besar, memiliki nilai tambah, maka pemerintah akan menambah pembentukan induk usaha (holding) di 6 sektor, yakni di jasa keuangan, jalan tol, energi, tambang, perumahan, dan pangan.

"Ekonomi Indonesia makin besar, proses hilirisasi makin nyata. Holding bukan sekadar menyatukan neraca keuangan tapi yang paling sulit menggabungkan aktivitas bisnis, governance, dampak sosial ekonomi dan support politic. Kita ingin menciptakan value creation lebih besar supaya BUMN kita bisa bersaing di kancah dunia," terang Sri Mulyani.