Liputan6.com, Jakarta - Harga gas industri di Indonesia disebut-sebut paling mahal sedunia, yakni rata-rata US$ 9 per MMBTU. Sementara di Jepang, Korea Selatan, China, bahkan Singapura, patokan harga gas sekitar US$ 4 per MMBTU hingga US$ 4,55 per MMBTU.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menjelaskan pemerintah masih mempelajari penyebab harga gas industri di dalam negeri yang sangat tinggi. Bahkan di wilayah Sumatera, harga jual gas mencapai US$ 13 per MMBTU, sehingga daya saing industri nasional kalah dengan negara lain.
"Harga gas mahal sedang kita pelajari, rapatnya nanti sore. Kemarin dalam rapat sudah disampaikan ada wacana harga gas bisa di bawah US$ 5 per MMBTU. Kita masih bahas, tunggu saja," ucapnya di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (29/8/2016).
Advertisement
Baca Juga
Pemerintah, ucap Airlangga, akan membenahi sektor-sektor industri supaya daya saing meningkat dan minat investasi ke industri kembali tumbuh. Salah satunya dari relaksasi harga gas dan listrik. "Harga gas dan listrik itu yang paling utama," ucapnya.
Kedua, regulasi kawasan industri baik untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan kawasan industri lain. Termasuk penciptaan produk dalam negeri untuk mendukung program pembangkit listrik 35 ribu Megawatt (Mw) dan transmisi 46 ribu Km.
"Kita menyatakan berapa persen kesiapan kandungan lokal menjadi penting untuk menciptakan demand pemerintah. Tentu multiplier harusnya banyak ke industri dalam negeri," tutur Airlangga.
Sebelumnya pada Jumat, 26 Agustus 2016, Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB)‎ mengeluhkan belum turunnya harga gas bagi industri. Bahkan, saat ini harga gas industri di Indonesia disebut paling mahal di dunia.
Ketua Umum FIPGB Achmad Syaifun mengatakan saat ini rata-rata harga gas untuk industri di dunia berada di kisaran US$ 6-US$ 4 per MMBTU. Bahkan di Amerika Serikat, harga gas industri hanya sekitar US$ 1,92 ‎ per MMBTU.
"Harga gas kita paling tinggi di dunia dan sampai sekarang belum turun. Harga gas dunia sekarang tidak tidak sampai US$ 6. Di Jepang saja LNG-nya sudah US$ 4," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Jumat (26/8/2016).
Syaifun menyatakan industri tidak meminta penurunan harga gas yang signifikan. Harga gas bisa turun ke angka US$ 7 per MMBTU saja sudah sangat mereka syukuri.
Pasalnya, saat ini rata-rata harga gas di Indonesia sebesar US$ 9 per MMBTU. Bahkan di beberapa lokasi lebih dari US$ 10 per MMBTU.
"Kita tidak minta banyak-banyak. Bisa turun ke US$ 7 saja sudah bagus‎, apalagi bisa sampai US$ 6. Karena di dunia itu harga gas sejak akhir 2014 sudah turun. Kita tetap," dia menjelaskan. (Fik/Gdn)