Sukses

Kenaikan Harga Pangan Rugikan Pedagang Warteg

Walaupun harga bahan pokok terus merangkak, warteg masih mampu bertahan dengan harga murah meriah.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun sekitar 100 warung tegal (warteg) baru bermunculan di Jabodetabek. Walaupun harga bahan pokok terus merangkak, warteg masih mampu bertahan dengan harga murah meriah.

"Saat ini ada 20 ribu warung di Jakarta. Untuk di Jabodetabek totalnya ada 30 ribu warung," ujar Ketua Komunitas Warga Tegal Jakarta (KWTJ) Suhadi kepada Liputan6.com, di Jakarta Barat, Senin (29/8/2016).

Pertumbuhan warteg di Jakarta, menurut Suhadi, didorong oleh banyaknya warga Tegal yang terus merantau ke Ibu Kota. Selain memiliki jejaring yang kuat sebagai sesama pemilik warteg, Suhadi mengatakan, para pedagang warteg ini membangun rumah dan meningkatkan kualitas keluarga mereka yang ada di kampung.

"Rumah-rumah mereka (pemilik warteg) mewah dan keluarganya terbantu. Wajar banyak tetangga dan orang kampung berbondong-bondong ke sini," tutur Suhadi.

Warteg sempat diterpa isu gulung tikar karena kenaikan harga bahan pokok. Namun, Suhadi menjelaskan, warteg tersebut bukan gulung tikar, melainkan merugi.

"Mereka tetap coba pertahankan harga terjangkau, tapi kalau barang langka dan harganya mahal ya susah juga. Jadi, tidak gulung tikar, cuma banyak yang merugi," ujar Suhadi.

Dari pendataan terakhir ada ratusan ribu warga tegal yang mengadu nasibnya di Jakarta, baik sebagai pemilik maupun pekerja warteg. "Ada juga yang jual nasi goreng, sopir bajaj, sopir mikrolet, pedagang, karyawan. Tapi, yang banyak itu ya warteg," ucap Suhadi.

Sementara itu Kepala Dinas KUMKMP Provinsi DKI Jakarta, Irwandi, mengatakan pihaknya sudah mencoba mengendalikan harga dengan memotong rantai distribusi. Ia juga menggandeng Polda Metro Jaya untuk mengungkap para pedagang yang menimbun komoditas.

"Kita sudah minta bantuan Polda Metro untuk cek gudang, jalur suplai, dan beberapa pedagang yang dicurigai. Karena banyak spekulasi pedagang yang membuat mereka menimbun barang," tutur dia. 

Irwandi mengaku ia rutin mengontrol harga sembako dan komoditas lainnya dengan memutus rantai distribusi yang panjang.

"Kita terus gelar operasi di 153 pasar. Kita juga minta bantuan Dinas Kelautan dan Pangan untuk mengecek ketersediaan barang. Kalau mereka bilang aman, tapi barang di pasaran langka, kami langsung operasi pasar dan minta bantuan Polda," kata Irwandi. (Muslim/Gdn)