Liputan6.com, New York - Harga minyak melemah ke level terendah dalam tiga pekan ini setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menyampaikan pasokan minyak lebih besar dari yang diharapkan.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober merosot 3,6 persen atau US$ 1,65 menjadi US$ 44,70 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak itu terendah sejak 12 Agustus. Harga minyak Brent di London ICE Futures Exchange melemah US$ 1,33 atau 2,8 persen ke level US$ 47,04 per barel.
Meski sentimen pasokan minyak AS berlebih pengaruhi pasar, produksi domestik menunjukkan penurunan. Sejumlah negara menanti produsen utama minyak akan mengambil aksi untuk menstabilkan harga di pasar.
Sebelumnya US Energy Information Administration menyampaikan pasokan minyak domestik naik 2,3 juta barel hingga akhir 26 Agustus. Angka itu di atas harapan pelaku pasar. Sedangkan American Petroleum Insitute melaporkan pasokan naik sekitar 942 ribu per barel. Di sisi lain, bensin turun 700 ribu barel, dan pasokannya naik 1,5 juta barel.
"Ini menjadi bukti kalau pasar belum ada yang berusaha untuk memperketat atau menstabilkan harga," ujar Anthony Starkey, Analis Platts seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (1/9/2016).
Hal senada dikatakan Senior Investment Strategist US Bank Wealth Management Rob Haworth. Ia mengatakan, kalau data fundamental menunjukkan ada risiko pasokan minyak kembali berlebih. (Ahm/Ndw)
Pasokan Bertambah Picu Harga Minyak Turun 3 Persen
Harga minyak WTI melemah 3,6 persen menajdi US$ 44,70 per barel di New York Mercantile Exchange.
Advertisement