Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo menyatakan telah terjadi pelarian dana asing dari Indonesia senilai Rp 6,5 triliun dalam periode 23-25 Agustus 2016. Penyebabnya, karena pernyataan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) terkait rencana kenaikan tingkat bunga acuan The Fed.
"Ada capital reversal (modal asing keluar) sebesar Rp 6,5 triliun pada 23-25 Agustus lalu karena pernyataan yang kuat dari The Fed," tegas Agus saat Raker Pembahasan Asumsi Makro RAPBN 2017 di Gedung DPR, Jakarta, Kamis malam (1/9/2016).
The Fed, kata Agus, menyatakan bahwa ekonomi AS mulai membaik dan akan semakin menguatkan rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed. "Itu pernyataan agak hawkish yang membuat dana keluar sehingga berpengaruh buat kita yang mempunyai defisit transaksi berjalan," jelasnya.
Advertisement
Baca Juga
Padahal, Agus menyebut, dana asing telah masuk ke Indonesia di periode Januari-pertengahan Agustus 2016 mencapai Rp 162 triliun. Jumlah ini naik hampir empat kali lipat dibanding periode sama sebelumnya dengan aliran dana Rp 43 triliun.
"Ini didukung persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik dan meredanya risiko di pasar keuangan global," tutur dia.
Banjir dana asing ini, sambung Agus, mampu memperbaiki defisit transaksi berjalan di kuartal II-2016 menjadi 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dari sebelumnya sebesar 2,2 persen dari PDB di kuartal I ini.
Sementara Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di Juli lalu mengalami surplus US$ 0,6 miliar karena adanya transaksi modal dan finansial di kuartal II yang meningkat US$ 7,4 miliar. "Jadi karena ditopang aliran modal yang masuk ke portofolio, NPI 2016 diperkirakan semakin baik," terangnya.
Kurs rupiah, diakui Agus menunjukkan penguatan 3,9 persen (Ytd) ke level 13.628 per dolar AS per 1 September 2016. Apresiasi ini dipengaruhi persepsi positif investor atas prospek perekonomian domestik serta terjaganya stabilitas makro ekonomi, selain implementasi Undang-undang (UU) Pengampunan Pajak.
"Dari sisi eksternal, apresiasi rupiah didukung meredanya risiko di pasar keuangan global karena terbatasnya dampak penyesuaian suku bunga The Fed," papar Agus.
Dengan melihat kondisi di atas, Agus memperkirakan nilai tukar rupiah bergerak lebih baik di akhir 2016 dari target sebelumnya Rp 13.500-Rp 13.800 per dolar AS. Namun Mantan Menteri Keuangan ini tidak menyebut perkiraan kurs rupiah sampai dengan akhir tahun ini.
"Jadi kurs rupiah diperkirakan lebih baik dari proyeksinya Rp 13.500-Rp 13.800 per dolar AS di 2016," kata Agus. (Fik/Gdn)