Liputan6.com, Jakarta - Wacana kenaikan harga rokok secara drastis mengundang perhatian masyarakat. Ada asumsi jika harga rokok di Indonesia lebih murah dibanding dengan negara lain. Lantas, apakah asumsi tersebut benar?
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Wisnu Brata menampik hal tersebut. Bahkan, harga rokok di Indonesia sebetulnya lebih mahal 3 kali lipat jika dibanding Australia. Hal tersebut menimbang penghasilan masyarakat dan harga beli rokok.
Sebagai contoh, pendapatan masyarakat di Jawa Tengah rata-rata Rp 1,4 juta per bulan. Dengan harga rokok saat ini sekitar Rp 15 ribu maka biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok sekitar seperempat dari pendapatan per hari.
Advertisement
Baca Juga
"Sebagai bandingan pendapatan per kapita UMK itu kalau Jawa Tengah Rp 1,3 juta sampai Rp 1,9 juta, kalau average Rp 1,4 juta. Kalau 25 hari kerja pendapatan per hari Rp 59 ribu harga rokok Rp 15 ribu," kata dia dalam diskusi bertajuk Politik Tembakau: Defisit Anggaran vs Perang Kepentingan di Kebayoran Baru Jakarta, Jumat (2/9/2016).
Sementara, di Australia untuk seorang supir truk memiliki penghasilan per hari 160 dolar Australia. Sementara harga rokok hanya 1 dolar Australia. "Kalau banding di Australia kita mahal 3 kali lipat," tegas dia.
Oleh karenanya, dia menuturkan isu harga rokok Indonesia lebih mahal ialah kurang tepat. Dia menyayangkan, isu rokok ini justru membuat petani tembakau khawatir lantaran takut tembakaunya tidak dibeli.
"Dampaknya luar biasa, ada kepanikan di petani sampai lahan tembakau tidak diurusi. Kita masif memberikan penjelasan harus dirawat tapi emang opini yang dibentuk luar biasa," tandas dia. (Amd/Gdn)