Sukses

Ini Dasar Pizza Hut Yakin Produknya Tak Pakai Bahan Kedaluwarsa

Pizza Hut telah menjalankan bisnisnya di Indonesia selama 32 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Pemegang merek Pizza Hut, Pizza Hut Delivery (PHD), dan Marugame Udon, PT Sriboga Raturaya gerah dengan tuduhan telah menggunakan bahan makanan kedaluwarsa pada produknya.

Sebab, Presiden Direktur Sriboga Raturaya Alwin Arifin mengatakan, selama lebih dari tiga dasawarsa beroperasi di Tanah Air, belum ada sama sekali laporan dari konsumen yang menderita sakit akibat mengonsumsi Pizza Hut.

Pizza Hut telah menjalankan bisnisnya di Indonesia selama 32 tahun. Dengan 326 outlet di seluruh Tanah Air, perusahaan telah mempekerjakan 13 ribu karyawan di Pizza Hut.

"Setiap bulan, kami bisa melayani 4 juta konsumen yang datang ke gerai. Itu setara dengan (melayani penduduk) satu Singapura dalam sebulan," jelas dia di Jakarta, seperti ditulis Senin (5/9/2016).

Selama beroperasi itupula, Alwin menegaskan, tidak ada satu konsumen pun yang pernah melaporkan keracunan makanan atau sakit perut gara-gara mengonsumsi Pizza Hut. Padahal yang makan sajian ini mencapai 4 juta setiap bulannya.

"Kalau benar buktikan mana korbannya? Selama 32 tahun dengan 4 juta pelanggan tidak pernah satupun yang lapor keracunan atau sakit perut setelah makan Pizza Hut. Ya karena kami tidak pernah menggunakan bahan makanan yang sudah kedaluwarsa," ujar Alwin.

Pizza Hut setiap tiga bulan selalu diaudit dari pihak internal maupun eksternal. Dari pemasok sampai ke pasar langsung dari perusahaan yang menaunginya, Yum. Perusahaan selalu menyuguhkan makanan dan minuman berkualitas, halal, dan aman dikonsumsi.

"Jadi tidak ada istilah Pizza Hut memperpanjang masa simpan, apalagi menggunakan bahan kedaluwarsa. Kami tidak juga menolerir kelalaian karena prosesnya sangat ketat," papar Alwin.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Sarimelati Kencana, pengelola merek Pizza Hut, Stephen J McCarthy yang sehari-hari terjun di operasional menegaskan selama 32 tahun, Pizza Hut mempunyai reputasi baik di Indonesia.

"Silakan saja tanyakan kepada 4 juta pelanggan kami setiap bulan soal kualitas makanan kami, kenyamanan yang diberikan. Kami tidak mungkin mengorbankan keamanan dan keselamatan konsumen hanya demi keuntungan," terang Stephen. (Fik/Nrm)