Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tak banyak berubah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pelemahan dolar dan juga sikap skeptis dari para pelaku pasar bahwa para produsen utama minyak bakal mencapai kesepakatan menjadi penyebab harga minyak tak banyak bergerak.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (7/9/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Oktober ditutup naik 39 sen atau 0,9 persen ke angka US$ 44,83 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan harga minyak global, turun 37 sen atau 0,8 persen ke US$ 47,26 per barel di ICE Futures Europe.
Advertisement
Baca Juga
Di awal perdagangan, harga minyak AS cukup tertekan. Namun kemudian di tengah perdagangan mampu berbalik arah dan mencetak kenaikan. Pendorong kenaikan harga minyak AS ini karena pelemahan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama lainnya setelah data ekonomi AS yang mengecewakan.
Pelemahan dolar AS membuat minyak yang ditransaksikan dengan dolar AS ini lebih murah bagi mereka yang membeli dengan menggunakan mata uang lainnya.
"Sesaat setelah dolar AS tertekan, beberapa pelaku pasar memang mengubah portofolio," jelas Manajer Penelitian Tradition Energy, Gene McGillian.
Harga minyak telah naik pada awal Senin lalu setelah Rusia melakukan pembicaraan bilateral dengan Arab Saudi. Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak sepakat untuk membuat inisiatif bersama untuk mengelola produksi minyak. Namun kesepakatan negara-negara tersebut belum direalisasikan dalam bentuk kerja sama nyata.
Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk membentuk kelompok kerja untuk memantau pasar minyak. Tetapi apakah nanti yang akan dilakukan belum jelas terungkapkan. "Apakah keduanya akan membatasi produksi, itu masih pertanyaan besar," jelas analis The Energy Management Institute, Dominick Chirichella.
Negara-negara yang tergabung sebagai eksportir minyak (OPEC) memang akan melakukan pertemuan di akhir September ini. Dalam pertemuan tersebut akan dibuat sebuah kesepakatan yang akan mengontrol harga minyak. Beberapa negara mungkin akan memaksa seluruh anggota OPEC untuk menahan produksi sehingga harga minyak bisa naik kembali.