Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, memperkirakan uang warga negara Indonesia (WNI) dari hasil repatriasi program pengampunan pajak (tax amnesty) akan masuk sebesar Rp 180 triliun di Desember 2016. Banjir dana ini akan mendorong pertumbuhan kredit dan ekonomi di 2017.
"Di Desember ini, repatriasi akan masuk dari tax amnesty Rp 180 triliun. Uang tebusan di 2017 kurang lebih sekitar Rp 3 triliun," ujar Agus saat Raker Pengambilan Keputusan Asumsi Makro 2017 di Gedung DPR, Jakarta, Rabu malam (7/9/2016).
Dana melimpah ini, ia menuturkan, akan membantu pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,21 persen. Ini merupakan titik optimistis dari Bank Sentral dari perkiraan ekonomi di rentang 5,1 persen-5,5 persen.
"Titik pertumbuhan ekonomi di 2017 ini lebih rendah dari kisaran semula. Ini sudah memperhitungkan kondisi pesimistis ekonomi global dan rendahnya uang tebusan atau tidak setinggi perkiraan pemerintah," ucap Agus.
Baca Juga
Akan tetapi, ia mengatakan baseline pertumbuhan ekonomi 5,2 persen di tahun depan masih lebih tinggi dibanding proyeksi titik di 2016 sebesar 5,04 persen. Sementara kisaran pertumbuhan ekonomi di tahun ini 4,9 persen-5,3 persen.
Agus memperkirakan, di kuartal III-2016, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,41 persen, kuartal IV-2016 sebesar 4,92 persen, sehingga total setahun ini proyeksinya tumbuh 5,04 persen.
Agus menambahkan, aliran repatriasi dari tax amnesty akan meningkatkan pertumbuhan kredit di tahun depan dengan perkiraan 12,7 persen, defisit transaksi berjalan turun menjadi 2,2 persen dari 2,7 persen di tahun ini.
"Sedangkan lapangan usaha penopang pertumbuhan ekonomi di 2017 dari industri pengolahan, konstruksi, manufaktur, angkutan dan telekomunikasi. Pabrik baru otomotif VW, Mitsubishi, elektronik LG selesai 2017, stimulus properti, pengoperasian pelabuhan New Priok, Terminal 3 Ultimate, konten ponsel akan mendorong sektor angkutan dan telekomunikasi menjadi yang tertinggi pertumbuhannya," ucap Agus.
Sementara inflasi tahun depan, Agus menuturkan, diperkirakan lebih tinggi dengan rencana penyesuaian tarif listrik yang digeser dari 2016 ke 2017. Agus menghitung, apabila tarif listrik golongan 900 VA naik di 2017, inflasi terkerek naik 0,88 persen.
"Jadi kalau targetnya 4 plus minus 1 persen, maka dengan tambahan 0,88 persen, inflasi di tahun depan diperkirakan 4,6 persen. Jika tidak naik, inflasi di bawah 4 persen," jelas Agus. (Fik/Ahm)
Advertisement