Liputan6.com, Chicago - Harga emas cenderung melemah usai alami penguatan dalam tiga minggu. Pelaku pasar menanti kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve mempengaruhi harga emas.
Spekulasi soal suku bunga AS terus berlanjut seiring rilis data ekonomi dan pernyataan pejabat bank sentral AS. Pimpinan the Fed San Francisco John William mengeluarkan pernyataan suku bunga cenderung agresif.
Pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), harga emas turun US$ 4,8 atau 0,4 persen menjadi US$ 1.349,20 per ounce. Harga emas sempat naik 2,1 persen ke level US$ 1.354 pada perdagangan Selasa pekan ini, dan merupakan level tertinggi sejak 18 Agustus.
Sedangkan harga perak turun 29 sen atau 1,4 persen menjadi US$ 19.848 per ounce. Harga perak sempat melonjak 4 persen menjadi US$ 20.138 per ounce.
Baca Juga
"Kenaikan 3,5 persen untuk emas dalam tiga hari, dan 8 persen untuk perak mendorong pelaku pasar merealisasikan keuntungan. Saya pikir ini normal untuk harga konsolidasi. Dengan potensi suku bunga AS bertahan hingga Desember, saya pikir baik emas dan perak masih menarik, dan dapat dibeli bila ada pembalikan arah," ujar Adam Koos, Presiden Libertas Wealth Management, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (8/9/2016).
Indeks dolar AS diperdagangkan lebih tinggi 2 persen. Hal itu turut menekan pergerakan harga emas. Sebelumnya pada perdagangan Selasa, dolar AS sempat melemah seiring laporan indeks sektor jasa AS ke posisi paling rendah dalam enam tahun.
Laporan ini membuat spekulasi the Fed belum akan menaikkan suku bunga pada September. Akan tetapi, ada kesempatan menaikkan suku bunga pada akhir tahun. Pimpinan the Fed San Francisco John Williams menyatakan lebih baik suku bunga naik secepatnya ketimbang nanti dengan pertimbangan data ekonomi.
The Fed mempertimbangkan data ekonomi untuk menaikkan suku bunga. Bila kebijakan the Fed tak agresif maka berdampak positif untuk harga emas. Bank sentral AS akan melakukan pertemuan pada 20-21 September 2016.(Ahm/Ndw)
Advertisement