Sukses

Sri Mulyani: Robot Gantikan Manusia, Pengangguran Makin Bertambah

Topik pengangguran merupakan salah satu bahasan yang menyita perhatian para pemimpin negara anggota G20.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, seluruh negara anggota G20 sangat konsen pada persoalan pengangguran yang terjadi di seluruh dunia. Pertumbuhan ekonomi yang diciptakan, tak mampu mengurangi jumlah pengangguran secara signifikan karena pergeseran teknologi.

Hal ini disampaikan Sri ‎Mulyani usai menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Hangzhou, China 4-5 September ini. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku, topik pengangguran merupakan salah satu bahasan yang menyita perhatian para pemimpin negara anggota G20.

"Seluruh negara menghadapi situasi ada lho pertumbuhan ekonomi, tapi tidak menciptakan lapangan kerja," kata Sri Mulyani di Jakarta, seperti ditulis Kamis (8/9/2016).

Penyebabnya, diakui Sri Mulyani, ‎karena terjadi otomatisasi penggunaan robot dengan biaya lebih murah. Selain itu, perubahan digital ekonomi yang menyebabkan seluruh efisiensi, diantaranya biaya transaksi.

"Itu berarti menghilangkan banyak sekali orang yang selama ini kerja di situ. Jadi kehilangan penciptaan tenaga kerja karena ada efisiensi teknologi," terang dia.

Pemerintah, lanjut dia, harus berupaya menciptakan lapangan kerja lewat program-program pemerintah, seperti melalui program padat karya meskipun hanya bersifat sementara (temporer). Perlu diingat, kata Sri Mulyani, kesempatan kerja yang lebih permanen dan berkelanjutan di‎ciptakan sektor swasta.

"‎Pemerintah bisa bantu (ciptakan lapangan kerja), tapi akan menghadapi APBN yang makin gemuk dan tidak sustainable. Jadi bagaimana membuat dunia usaha punya ruang seluas-luasnya dan mendapatkan kemudahan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi," tutur dia.

Oleh karena itu, atas dasar inilah, pemerintah dan Komisi XI DPR menyepakati target tingkat pengangguran sebesar 5,6 persen di Rancangan APBN 2017. "Target pengangguran 5,6 persen dan tingkat kemiskinan 10,5 persen di tahun depan adalah angka yang lebih realistis," ucap Sri Mulyani.

Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan penurunan jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 430 ribu orang selama setahun (Februari 2015-Februari 2016). Pencapaian tersebut ditopang perbaikan ekonomi dengan pertumbuhan 4,92 persen di kuartal I 2016 dibanding periode sama sebelumnya 4,73 persen.

Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2016 sebesar 5,50 persen sebanyak 7,02 juta orang. Realisasi angka pengangguran ini menurun 430 ribu orang sebanyak 7,45 juta orang dengan TPT 5,81 persen di Februari 2015.

Data lain menunjukkan, dari 187,6 juta penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sekitar 127,7 juta orang di antaranya aktif dalam kegiatan ekonomi atau jumlah angkatan kerja. Sedangkan 59,93 juta orang lainnya bukan merupakan angkatan kerja.

Jumlah angkatan kerja menurun 630 ribu orang dari periode Februari 2015 yang sebanyak 128,30 juta orang. Sementara jumlah yang bukan angkatan kerja justru naik dari sebelumnya 56,30 juta orang.

"Dalam setahun terakhir TPT turun dan jumlah penganggur berkurang sebanyak 430 ribu orang," katanya.

Menurut Suryamin, penurunan angka pengangguran di Indonesia dalam kurun waktu setahun ini karena perbaikan ekonomi. Saat penyerapan tenaga kerja di sektor primer, seperti pertanian, manufaktur atau industri‎, dan konstruksi merosot, katanya, sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan lain menopang lebih banyak tenaga kerja sehingga pengangguran susut.

"Memang perbaikan ekonomi di kuartal I 2016 ini sangat membantu, karena ketika di manufaktur atau industri sedang ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), ada sektor lain yang sanggup menyerap tenaga kerja pada tataran menengah ke bawah," jelas Suryamin.(Fik/Nrm)

Video Terkini